Tuesday, May 7, 2013

TUHAN, MAAFKAN AKU......

by Ellyssee Lavin (Notes) on Monday, February 1, 2010 at 12:29pm
Badai itu belum usai
Begitulah aku mendengar kabar
Melalui gemuruh riuh dada yang kusentuh

Badai kemarin belum seberapa
Begitulah ucap isi dikepala, saat aku menganalisa
Waktupun belum bisa singgah menyampaikan berita
Kapan aku bernafas lega, menghirup alam dalam aroma bahagia
Sepi seperti mencekam menakutiku, dan tanya bimbangpun bergantian tak mau diam
Gemuruh ombakpun seakan pengaruhi tenangku, seperti mengancam kepengecutanku, dan aku belum tahu seberapa besar sisa harapanku
Angin malam datang dalam dingin yang menyudutkan, sementara bara perapian tergesa redup kemudian padam
Bimbangpun seperti tak kuasa menyelimuti rasa, membiarkan malamku basah dihujani air mata
Matapun seolah enggan terbuka, tak ingin membiarkan airnya mengalir lebih lama
Namun semakin kuat kelopak ini mengatup, derasnyapun kian kuat membuncah
Maafkan aku Tuhan...
Bukan aku tak percaya kau Maha Kuat atas segalanya
Namun aku hamba yang begitu lemah segalanya
Andai aku mampu melewati duri, pasti kulit tubuhku tak luput tergores dari tajamnya meluka dan perih terasa
Andai aku bisa mengarungi kobaran api, sudah tentu panasnya melepuhkan badanku, memaksa rasa sakit turut menyerukan erangan dibibirku
Andai aku mampu bertahan dalam amuk badai, bukan berarti diriku tak merasakan sakit terjangannya yang menghantam dan menghempas keras hingga terjatuh kandas, dan aku terkapar tak berdaya dalam lemas
Tuhan, maafkan aku, jika rasa ranaku sedikit mengulur waktu perjalananku
Aku terlalu kaget dengan apa yang terjadi baru saja
Aku terlalu cengeng untuk yang kesekian kalinya, betapa drama ini tak habis2nya menjadikanku pelakon utama tanpa jeda
Sakit ini melumpuhkan sendi sendi harapan dan impianku
Ijinkan aku sesaat menghabiskan rasa, mengumbar air mata sebelum kumulai berdo'a
Biarkan aku tersedu dalam sedikit waktu sebelum aku mengadukannya dalam ruku dan sujudku
Dengarkanlah irama sendu dalam alunan isak tangisku, rintihan dan jerit hati yang tak terperi lagi, dalam sesenggukan sisa derita biarkan sengaja segalanya kuurai lepas agar aku segera bebas
Berikan aku kesempatan menghela nafas yang lebih panjang, agar longgar dadaku dari sesaknya jejalan kepedihan, sebelum aku rebahkan diri dalam dzikir diujung sakralnya sepertiga malam
Tuhan, maafkan aku yang tak hindarkan kelemahan, disaat kobar semangat menyala membakar juang panjang perjalanan
Kini tak sengaja terhenti karena lalai diri menikmati emosi
Mungkin aku yang tak bisa siap menerima tempa, melapangkan jiwa dan tak sigap memegang kendali rasa
Sampai akhirnya terlupa akan neraca, ingkar diatas singgasana bijaksana
Tuhan, maafkan aku
Kini telah habis air mataku, meski aku masih ragu, karena badai masih didepan mata dan menunggu
Getir hati menyiapkan diri, mampukah samudera ini kuarungi
Sementara tak pernah kutahu seberapa besar dan hebatnya badai yang masih akan mendera
Tuhan, maafkan aku...
Terimalah sujud dan permohonan ampunanku
Raih aku kembali dalam PerkasaMU
Angkat kembali hasratku dalam KuasaMU yang hebat, agar aku tak selemah dari waktu yang terlewat
Cintaku butuh CintaMU tuk kembali Satu melangkah menjadi bagian DariMU
Ingkarku selalu menyadarkanku, hanya Engkau yang Setia dan tiada selainnya
Tuhan, pedihku memang perih, namun tak seperih rasa merindukanMU
Beri sendiriku dalam waktu dalam ruang KamarMU
Kuingin tumpahkan getirku dalam rindu, menyulamnya dalam fana bersamaMU
Kuingin habiskan tangisku hanya dalam nyanyian jiwaku untukMU, mengalun dalam gelombang datar tanpa kelokan, menjadi Titik Murni yang tak terkatakan

Jiwaku bernyanyilah dalam hampaNYA
Rasaku mengalirlah dalam SirNYA
Diriku leburlah dalam Dirinya

Getirku, rasa penghantar pelebur rindu, tak sekedar sedu sedan itu

Pedihku, titian hati perih, tangan batin tuk menjamah yang TerKasih
Tuhanku, kurindukanMU dalam duka, luka, pedih, perih, dan getirku
Biarkan rasa itu menyatu dalam RasaMU, hingga terurai lepas tanpa rasa yang tak teranalisa
Pecah bersama ruang dan waktu tanpa makna

No comments:

Post a Comment