Tuesday, May 7, 2013

DUNIA BUKAN SANDARAN

by Ellyssee Lavin (Notes) on Friday, May 25, 2012 at 8:08pm



Begitu byk orang sibuk n kebingungan mencari ketenangan, tdk sedikit manusia gelisah mencari kedamaian, tdk hanya kena pd manusia yg berkekurangan atau yg b'kecukupan, entah knp hidup ini n dunia ini begitu sulit difahami, hingga mereka seolah t'jebak dlm belenggu dirinya sendiri.

Makan, tidur, bersosialisasi, bekerja dan bermimpi, berfikir, merasa dan berfikir lagi, seolah menjadi ruang waktu yg tak habis dimengerti, jiwa mereka tak bisa berdusta dgn kegalauannya setiap akhir letih n sendiri,
"apa yang aku cari?"
"apa arti hidup ini?"

Pertanyaan2 yg kerap muncul n hilang kembali, karena tdk pernah mdpt titik temu n jawaban atau penjelasan didunia akalnya yg penuh keterbatasan.

Ketika mereka menemui kegagalan, mereka seolah sejenak sadar, maka dicarinya Tuhan, mengadu n memohon habis2an.
Ketika mereka mengalami kejatuhan n keputus asaan, kesadaran dicarinya belakangan, merasa bersalah dan hina lalu memohon ampunan Tuhan, tapi tdk sedikit pula yg murka mempersalahkan n menghakimi Tuhan.

Apa yg jadi sebab mereka menjadi sedemikian dangkalnya menjalani n memahami hidup didunia, hingga mereka kerap kehilangan pegangan, keyakinan, kepercayaan bahkan lupa akan keberadaan Tuhan?
Pemahaman ajaran yg didapatnya tdk lebih dari sekedar basa basi n ritual yg tdk difahami hakikatnya sebagaimana seharusnya.
Kepentingan n kebutuhan duniawi lebih mendominasi pikiran mereka daripada kesadaran diri n kesadaran berkeTuhanan.

Urusan perut, syahwat, gengsi sosial, n ambisi kekuasaan serta kepuasan adlh menjadi hal utama yg menghijab kesadaran, terjerat dlm fatamorgana yg makin menjauhkannya dari hakikat hidup yg sesungguhnya.

Ketika mereka letih, mereka beramai-ramai mencari ilmu ketenangan dgn menghambur2kan uang, mencari guru2 spiritual dari sgl ajaran, ironisnya, mereka mau yg serba instant... :D

Tidakkah mereka berfikir sederhana saja, ketika badannya sehat bukankah itu hal yg paling nikmat? Ketika dlm keadaan TIDUR, masih adakah yg mereka pikirkan?
Ketika mereka kenyang, masihkah mereka merasa lapar? Ketika mereka penuh minum, masihkah merasa kehausan?
Ketika mengenakan pakaian, apakah perlu dipakai ratusan helai kain dibadan?

Jadi apa yg m'buat mereka begitu kegelisahan, termangu, murung, khawatir n terpuruk dgn sgl beban pikiran?
Hanya karena perkara duniawi yg sbnrnya ilusi?

Padahal, kalau memang merasa sangat berat n keberatan dgn apa yg kita pikul, kenapa tdk kita lepaskan saja beban2 itu agar kita terbebas dan bisa melangkah ringan serta dapat bernafas lepas.
Begitu pula dgn sgl "beban duniawi", untuk apa dikhawatirkan n ditakutkan lagi?

Kerja keras manusia dlm berupaya menjaga kelangsungan hidup pada masa kini sdh tdk tulus lagi, tetapi lebih kpd seolah "tidak yakin kpd Kekuasaan Illahi"
Akal n pikirannya dikuasai ego yg melahirkan ambisi n obsesi yg tak henti2.
Terlupa pada garis hidup yg telah ditentukan qada n qadar dari Tuhan, dimana sgl waktu telah habis tergadaikan hanya demi dunia n kepuasan, otaknya setiap hari terkuras habis digunakan untuk mencari cara menguasai dunia lebih byk lagi, hatinya terlupakan, n jiwanya terabaikan.

Kecerdasan n wawasan ilmu pengetahuannya dianggap sebagai aset pribadinya mutlak, kesuksesannya dianggap berkah dri sgl upaya kerja keras dan pemikirannya yg luas, merasa telah mampu menundukan dunia dgn isi kepalanya, merasa benar telah berhasil mendapatkan rejeki yg ia dpt dari hasil keringatnya sendiri.

Tetapi, ketika ia usai makan, sendirian, menjelang tidur, ia merasa kesepian n terasing, merasa hampa, resah, bahkan sedih tak terkira, ia pun kian galau krn tak menemukan alasannya.

Hingga ada rasa nyeri didasar hatinya yg tak didasari menggerakan bibirnya berkata lirih, "Ya Allah ya Tuhanku"
lalu..,
merunduk wajahnya, hingga dagu jatuh menyentuh dadanya, dirabanya dada itu dgn kedua tangannya, matanya terpejam, perlahan meneteskan bulir2 air mata yg kian deras berjatuhan, tiada lagi yg terucap, kerongkongannya seakan sakit tercekat isak, habis sudah waktunya ia lewati dlm kepedihan yg tak ia mengerti, hingga lelah ia terkulai dlm tidur hingga pagi, tanpa jawab atau pun mimpi.

Itulah kehampaan jiwa yg menyuarakan kejujuran, kerinduan kepada Tuhan yg tak disadari sang insan, terhijab sgl tuntutan dan pikiran yg dibuatnya dlm kesengajaan. Pada akhirnya, ketersesatan dan kekeliruannya membawanya kpd rasa ketiadaan.
Merasa hampa dlm limpahan harta, merasa sendiri ditengah pengakuan dan penghargaan diri, merasa sakit dlm kesenangan duniawi, merasa asing dlm kelekatannya terhadap ambisi, merasa tak berdaya dipuncak kejayaan dunia yg dicapainya.

Tiada gelisah kecuali pasrah, tiada serakah selain berserah.
Tiada nikmat selain syukur, tiada puas selain bebas, tiada merdeka selain apa adanya.
Syukuri apa yg ada, bawalah slrh nafsu, ego, pikiran, dan keinginan berserah kpdNYA, menjadi ma'mum dalam Shalat jiwa raga kita yg sesungguhnya.
Dunia bukan sandaran, kecuali hakikat diri sejati dan Tuhan.

(€)

Dalam ketiadaan hakikatnya segala - galaNYA

No comments:

Post a Comment