Tuesday, May 7, 2013

Aku dan Nurani

by Ellyssee Lavin (Notes) on Monday, November 30, 2009 at 9:09am



Tak terperi lagi
Lelah kuberdiri, memenjarakan hati, mengunci gairah diri, menenggelamkan segala ingin, mengunci tangis dengan senyuman imitasi...
Aku tak mampu melangkah, tak bisa bergerak, hingga dadaku sesak, bahkan sulit rasanya tuk berucap "tidak", "kenapa" atau "mengapa",
Hasratku tak lagi kukenali rupanya
Gairah jiwaku kian tak tentu warnanya
Hanya sayup2 Nuraniku.... yang terdengar..cantik, merdu, sesekali lirih menyayat kalbu...
Bahkan seolah bernyanyi, kemudian bertutur lembut, lalu sendu...bahkan tercekat kemarahan yang dalam
Bukan tangisan....karena tak ada air mata, meski selalu menebar senyum tapi itu bkn karena bahagia...
Apa namanya jika kau bilang kau tak pernah menderita...
Apa namanya jika lukamu yang parah kau bilang baik baik saja...
Apa namanya jika matamu byk bercerita duka namun kau tepis bahwa kau hanya bercanda...
Apa namanya jika hatimu pedih kau bilang hanya bimbang saja...
Apa namanya jika kau terkapar sakit menahan pedih sementara kau bilang hanya ingin tidur sebentar saja...

Apapun namanya
Apapun rasanya
Tiada alasan bagiku untuk merusaknya
Tidak cukup tenagaku untuk meronta
Tidak sanggup bibirku untuk berkata tidak, atau sekedar bertanya mengapa
Meski pedih, meski hancur, meski harus luka, batinku, bersabarlah...
Hanya ini yang kau dapat
Hanya ini yang bisa kau dekap
Hanya ini yang terbaik
Meski remuk, meski patah, meski berkeping, hatiku, terimalah dgn kelapangan ruangmu yang seluas samudera, tetaplah tinggal dalam jiwamu yang jelita, jadilah mutiara meski belum sempurna cantiknya
Jangan kau kira karena dukamu, karena pedih lukamu, karena hampa senyumu akan hilang pesonamu...
Auramu kian nyata menyilaukan segala lara yang ada
Ego pun malu memalingkan muka saat menatapnya
Murka pun terdiam kaku perlahan melunglai rebah dlm pangkuan damai...

Ya, kusadari inilah hanya ini singgasanaku yang sebenarnya
Penuh dgn romantika dan tempaan2 batin yg mampu membuat jiwaku jelita
Meski perih namun aku pasti akan terbiasa menahan sakitnya
Meski berat tapi pasti aku mampu memikulnya
Meski hancur tapi tidak akan menghilang walau hanya kepingannya
Aku akan tetap disini saja
Aku tidak akan kemana mana
Aku enggan mencari
Aku berusaha tinggal
Meski dgn hatiku yang hanya sepenggal
Meski senyum ini kian getir memahitkan
Meski bibir ini masih betah berdiam tanpa penolakan
Meski waktuku tak lagi mampu menjajikan sampai kapan
Aku dengan sepenggal hatiku yang memar akan tetap bertahan disini, disini lagi...
disini lagi.....lagi dan saja.....

No comments:

Post a Comment