SABDA ALAM.....
Saat saat begini, kumasuki waktu dalam kesorangan setelah letih dgn rutinitas dunia yang memenjara
Ragaku panjang telentang, diam tanpa geming dalam kelesuan
Duuuhh....., kapan aku
selesai dengan letihku
Mataku melayangkan sejuta terawang seakan melesatkan anak panah fikiran jauh menembus batas atap dunia
Huuukhh....., lelah rasanya
Dibawah rimbun daun hijau bertopang pohon yang bidang, beralaskan rerumputan yang pasrah terhampar tanpa kembang
Lihat....., sang pohon begitu bijak, disekelilingnya dia tak sombong dan merasa dirinya perkasa ditemani rumput2 liar kecil yang sebagian menutupi akar dan badannya, dia payungi mereka dg rindang daunnya tanpa diminta
Wouw....., betapa damainya hidup mereka
Kuhela nafas, kutelanjangi penat saat angin semilir begitu bersahabat menghapuskan peluh dan keringat, ku tersenyum dan mencoba siratkan bahasaku, terima kasih angin, kau telah pengertian padaku
Hmmm...., aneh, kenapa damai hatiku, padahal tadi serasa galau menjalani hari digumuli urusan2ku..
Beringin tua, apa yang kau nyanyikan?
Apa maksud dan arti dari desahanmu, apa yang kau bicarakan? Sementara tak sadar ku seolah faham dan nikmati suara2mu
Angin....., kemana tujuanmu tak pernah jelas ada awal dan batas tujuan akhir kembaramu, namun kau mampu menghilangkan lelahku dalam caramu yang begitu sempurna dg keluwesanmu, bukan kemarahanmu yang membara dlm bakar angkara, meski sebenarnya kau bisa melakukannya
Ku terpukau dalam takjub diamku
Hatipun mengiyakan yang tersirat dalam termangu
Bumipun terdiam menunggu, memberi dalam bijak agar aku segera tahu,
Mentari panas yang sombongpun seolah tak berkedip menanti jawabku
Aku terhypnotis dalam dimensi logika dan kenyataan paling Nyata
Melalui indera mata, kulihat segalanya, namun mata hati yang menyatakannya
Melalui kulit pembalut kerangka raga, kurasakan segalanya, tapi nurani yang menjelaskannya
Padahal kedua telingaku yang mendengar nikmat merdu nyanyian semesta, namun jiwaku yang hanyut dalam buaian keindahannya
Itukah jawabannya....???
Tunggu, ada suara dari dalam Diriku membantu jawab ketak mengertianku
Alam pun begitu pasrah terbaca
Mereka tak pernah kemana2 tetap tinggal ditempat sesuai asalnya semula
Bukankah mereka ikhlas adanya
Tak ada hal apapun yang mereka pinta ataupun menolak bagaimanapun terjadinya mereka
Tidakkah kau pelajarinya saat kau merasa pincang dan tak sempurna menggapai harapan, dan kesulitan menggapai impian yang kau kejar, atau ambisi dan obsesi yang membuatmu bebal...?
Selalu dan selalu kau berbuat dan mengulangi kesalahan diatas kekeliruan yang telah menumpuk dan kau malah rangkai itu sedemikian rupa dalam bingkai sesal, lalu kau pajang gambar alasan kewajaran yang sama sekali tak sesuai karena kau paksakan dengan kemunafikan
Jujurlah seperti apa adanya alam
Bijaksanalah sebagaimana alam hidup tulus damai berdampingan penuh harmonisasi dalam keseimbangan
Terimalah dirimu seperti bumi yang selalu rendah diri dan sabar dengan keadaan dan kedudukannya
Belajarlah dgn sebenar2nya Ikhlas seperti mengalirnya Air dan Angin yang bergerak pasrah tanpa persyaratan
Suara itu, membuatku sadar dan.....
Ada tenang penuh makna
Disaat risau mengharap jawab
Menerpa akal dan timbal balik nalar
Kenyataan dalam sadar
Penolakan dan kebijaksanaan
Perlahan kumulai jelajahi penglihatanku disekitar, mencoba mencari alasan betapa lepas hatiku disini, sendiri memecah sunyi, ditemani angin2 nakal, seperti menahanku untuk tetap tinggal
Hai.....angin, betapa kau begitu bebas mengitari indah dan memukaunya dunia
Hijau daun beringin tua mulai menunjukan kemerduannya, dalam desah nyanyian dan tariannya yang melambai gemulai, bagiku begitu indah disaksikan dan nikmat didengar
Akhhh... beringin tua, menakjubkan, hidupmu begitu lepas dan bahagia...
Darimu sesaat telah banyak membuatku terpana
Darimu aku telah belajar apa yang menjadi ganjalan dalam benak
Cakrawala, siang ini kau bagi aku pengertian yang bijaksana, memberiku formula khusus dalam merumuskan kepincangan2 faham dan rasa yang selama ini rumit dan tak kumengerti
Alam...., sabdamu adalah pujangga yang kini kukagumi, betapa kau indah membahasakan Cinta Tulus dari hakikatnya Cinta dan Kehidupan yang tak bisa lepas dari neraca dan Kebijaksanaan
Tinggal aku harus mencari mengerti dan memahami Sabda Diri
Diri dari Diri yang selalu ada Mendampingi karena ternyata aku tak pernah berdiri sendiri
Sabda dan Aksara dalam jiwa yang membuatku selalu bisa Merasa, dan Nyata, karena ada yang Ada dari dalam Jiwa dan bukan sekedar Belahan Jiwa
No comments:
Post a Comment