Tuesday, May 7, 2013

AKU INGIN PULANG

by Ellyssee Lavin (Notes) on Sunday, May 20, 2012 at 2:19pm



Kiranya sampai sudah langkahku di bukit biru
Menyatukan wajah langit dan samudera pada tapal batas semesta
Menyapu angin hingga badai gelombang pasang kepada hampa keheningan
Memasrahkan mimpi dan segala harapan ilusi kepada pohon pohon kesejatian
Mengemas jerat dan sekat yang membelenggu ruang rindu hakikat

Bila kuretas ulang kisahku, yang meski hanya akan menjadi sampah rasa di angin lalu
Hanya senyuman yang mampu kuisyaratkan, sebagai jawaban atas selangkah kayuh perjalanan

Andai saja, mereka mampu bicara, apa yang kusentuh disaat aku terjaga, apa yang kurasa disaat aku sejenak terpejam rebahkan sesak dada, akupun seolah tak percaya, jika aku akhirnya mampu mengukir cerita yang tak kusanggupi sebelumnya

Kepada batu yang membisu, aku puas melempar segala tanyaku, puas pula kudengar jawabmu,

"jangan banyak bertanya sahabatku, hanya keheningan yang diam yang mampu beri jawaban"

Kepada ilalang, aku puas berbagi kebimbangan, akupun takjub dengan ceritamu,

"seperti musim hujan dan kemarau adalah kepastian, begitu pula saat hidup dan mati aku tak risau lagi, yang pasti aku bahagia hidup saat ini"

Kepada tanah bumi yang merah, aku kerap laungkan galau dan gelisah, akupun malu mendengarkan kezuhudnya,

"tetaplah tenang pada kerendahan rasa yang penuh rumangsa, tetaplah tinggal pada kedalaman naluri yang suci, gelisahlah saja bila dirimu tak rasakan CINTA, agar jiwamu mampu tumbuh menjadi pohon Kasih yang menaungi bumi, berbunga indahkan semesta, berbuah lezat dgn akar yang dalam menghujam, lebat kokoh dan kuat dalam kesadaran kesejatian"

Lalu kepada air hujan, kepada sungai aku tak bosan mencurahkan kepiluan, jawaban mereka membuatku tak mampu tengadahkan muka,

"melalui hujan, aku bahagia menjatuhkan diri demi bumi, menikmati kepasrahan, mengalir, memasrahi liku terjal jalan penuh keikhlasan, demi sampai kepada muara Cinta disana"

Hingga kepada malam, tak urung aku berlari kepangkuan pekatnya yang gulita, sekedar menitipkan lirih keluh dan do'a, dalam dingin, nyanyiannya membua jiwaku terisak tak berdaya,

"kemarilah wahai jiwa yang sepi..
bersandarlah pada pekatku yang suci.. jeritkanlah semua rasa pada "diri"..

kemarilah wahai qalbu yang merindu..
rebahkanlah letih pilumu pada damai pembaringanku..

kemarilah wahai batin yang tak berdaya..
pasrahkan dadamu kepada sejati cahaya..
hampamu kan terisi hangatnya CINTA..."

Tiada lagi kata yang mampu kulepas bicara
Tak ada lagi himpitan rasa yang melukai jiwa
Habis sudah tanya yang selama ini sesakkan dada
Lepas sudah segala jerat yang melekat dalam hijab hakikat

Luka perih telapak kaki tak kurasa lagi menyeri
Letih badanku tak kurasa berarti ketika aku berdiri disini
Peluh yang jatuh di sekujur tubuh kini bagai air segar yang sejuk membasuh

Mataku terpejam terbius begitu dalam
Kulepaskan sisa nafas berat membuang akhir segala beban
Tiada kesimpulan selain nikmat dalam ketiadaan
Tiada usai selain meneruskan langkah pulang

(€)

No comments:

Post a Comment