Tuesday, May 7, 2013

BIARKAN AKU DENGAN DIRIKU...... [-ellyssee lavin-]

by Ellyssee Lavin (Notes) on Wednesday, March 31, 2010 at 12:39pm



Kemarahanku...
Telah habis kusisir rapi tadi malam
Segala kesalku kujadikan dongeng penghantar tidur siang
Tangisanku, airnya telah kutukar dengan air garam di lautan
Sakitku telah kumanjakan hingga kuterlena tanpa warna merana
Lukaku kubiarkan saja menganga, hingga aku lupa jika perih adalah rasanya
Letihku kujadikan waktu tuk mulai lagi merajut rindu
Tanpa siapa siapa, buatku makin berarti mengemasi sendiri
Dari kecewa, pedihku kian mahir tajamkan sadar
Bahkan tak lagi kumengerti arti sabar, batas dan sesal
Ketika diam bujuk aku runcingkan mata batinku
Ketika pilu merayuku tuk selami dasar qalbu

Saat kutertawa, entah mengapa hatiku begitu hampa
Begitu aku tersenyum, benakku sebaliknya sendu dalam murung
Aku lupa kapan senang itu kurayakan dikala langit tak berawan
Aku juga tak ingat lagi kapan aku menceritakan mimpi pada hangatnya mentari pagi
Aku pun enggan ungkapkan harapan2 ketika temaram pertemukanku pada sang rembulan

Ku mau hapus segala kenangan dimasa pupus
Ku tak ingin simpan indahnya tanpa alasan
Ku enggan kembali pada diri yang tak seperti aku lagi
Aku terlampau lama berkelana dalam jelaga derita
Aku terlalu menerima saat aku berhak menepis apa yang berhak untuk aku menolaknya
Tempatku bukan pelarian dari kecewa atau kekesalan
Namun sebuah singgasana yang pantas kusebut mahligai kedamaian

Siapa bilang ketenang sebuah angan angan
Setelah lama aku banyak berguru pada ilalang2 di padang kegersangan
Siapa bilang sendiri begitu tersiksa dicekam sepi
Sementara hening begitu pasrah, bening dan buat sadarku kian mengalir mudah
Apa lagi yang kucari, tiada lagi yang kunanti
Akar ini tumbuh tunggal memancar pasti dalam diri
Dunia tergenggam dalam kepalan tangan bijaksana
Mencengkram najis dan durjana sisi hitamnya
Sementara sari patinya adalah pesan suci akan alam hakiki

Tak ada yang pasti dari illustrasi, halusinasi dan imajinasi selain bermimpi
Tapi tidak dengan yang kualami
Ketika mataku terpejam dan mencipta diam yang tajam
Aku tak singgah ke dimensi fantasy atau semacamnya lagi
Tiada maya, bukan pula fatamorgana
Ketika hampa lahirkan rasa luar biasa
Tiada ibarat dapat kujadikan umpama
Tiada lukisan mampu kujadikan perbandingan gambaran
Tiada bahasa yang mampu mewakili dari sejuta rasa yang tak pernah kurasa sebelumnya

Maafkan aku...
Darahku, dagingku, dan semua boneka boneka sandiwaraku
Jika aku terlampau sibuk dengan diriku
Gelisah telah kugubah menjadi kisah
Pahit manis, telah disapu hampa hingga terkikis habis
Entahlah...

Aku pun tak mengerti mengapa aku mulai menyukai diam di keramaian, dan ramai di kediaman
Aku masih punya rasa seperti matahari dan panasnya, aku rasa kecewa saat diabaikan
Seperti jamu dan pahitnya, aku rasa benci saat dikecewakan
Seperti duri dan tajamnya yang ciptakan tikam tajam, aku merasa sakit jika dilukakan
Seperti angin dan lautan yang bergumul dalam badai dan gelombang, aku marah jika aku tak suka diremehkan...
Seperti mendung, petir dan hujan, aku pun pasti menangis, bahkan menjerit bebankan haru dendam dari kepiluan

Namun kusadari, segalanya terjadi seperti uap dan api
Lekas menjadi dan kemudian hilang kembali
Andai membekas, baranya cepat mati dan abunya pun mudah tersapu angin lagi

Perlahan namun pasti, besi bakal pedang yang kutempa beriku ilmu berarti
Seribu satu rasa tadi adalah panas bara yang membakar mata hati, kulit batin, pori2 jiwa, dan bilik qalbu

Siang malam telah kujadikan batu untuk menuliskan perjalanan batinku
Kejamnya waktu membiusku dalam tafakur senduku
Keseharian yang menyudutkan, telah bulatkan yakinku..
Kenyataan yang tak memihak begitu lama, telah buatku terjaga, bahwa sadarku kian setia tawarkan bijaksana

Terkadang ego tergopoh begitu nampak bodoh
Mengajaku marah, menangis dan lampiaskan rasa yang siap kuterima
Namun aku tak lagi berdaya bahasakan semua
Namun aku tak bisa lagi meraungkan amuk marahnya
Aku tak mampu lagi mengurai air mata seperti biasanya

Ada yang melarangku
Ada yang menahanku
Ada yang membujukku
Ada yang mengendalikanku
Ada yang peduli padaku
Ada yang menjagaku
Ada yang menyayangiku
Ada yang mengasihiku
Ada seseoran dan atau bahkan lebih dari itu
Karena Dia mampu buatku tegar diatas rapuhku
Karena Dia mampu buatku kuat diatas lemahku
Karena Dia mampu buatku bahagia diatas ranaku
Karena Dia selalu ada untukku
Karena Dia terima apa adanya dari segenap aku

Semua ini adalah bahasa qalbu
Semua ini terlahir mengaliri sanubariku
Sejuknya memerciki seisi jiwa hingga rongga dadaku
Bak embun pagi, tetesnya basuhi kusam dedaunan pohon jalanan

Diam..., diam..., dan diam...
Mulailah mengertiku kini
Bahasaku tak lagi lepas beterbangan
Rasakupun bukannya bebal tanpa kepekaan
Aku hanya ingin dimengerti
Sendiriku bukan karena aku tak mau berbagi hati
Hanya inilah caraku satu2nya menikmati bahagia
Agar aku tak lagi terbentur dinding dinding kecewa
Ijinkan aku menjadi aku
Tanpa ingin dari segala ingin yang mencabik cabik diriku dahulu
Nyatanya aku hanya butuh "sesuatu" daripada kau, kamu dan kamu

No comments:

Post a Comment