Tuesday, May 7, 2013

ALAM SUWUNG............. (ellyssee lavin)

by Ellyssee Lavin (Notes) on Saturday, April 3, 2010 at 11:35am



Buaiku dituntun jenuh dalam keluhan lalu
Lelahku terantuk pada kelembutan bisu
Cipta ini tak jua diam bermain dalam lingkar budhi tanpa akhir pasti
Rasapun berjalan perlahan ikuti dari tepi tak memaksai
Akh, sulitnya mengasuh emosi, betapa bebalnya sukar kubuat terhenti

Pejam ini tertuju pada titik cekam terdalam
Diam ini merayap sentuhi pori pori sadar
Batinku menggeliat lambat, gairahnya merambat buat seisi hati gemetaran hebat
Hening ini telah pertemukan rasa jati sang eling
Membuncah sedemikian rupa cengkramai atma
Siang malamku tak kan rubahi warna alaku dan segala rasa
Persalinan ini telah lucuti segala baju dan topeng pertunjukanku
Mungkin aku telah lakoni naskah dalam peran yang keliru
Karena berpentas saja tak cukup tanpa mengenali kehendak mutlak sang sutradaraku

Akh...
Rumitnya memahami diri sebatas Kamil Insani, selalu terjerat kepada banyak kotak dan predikat, padahal dulu saja aku datang tanpa nama dan atribut2 atau sebuah identitas, aku datang dilepas sebagai makhluk yang bebas dan pribadi tanpa batas
Marcapada dan khalayaknya tlah membius hakikat menjadi kehilangan "jati"nya
Jiwaku merintih kini, mencari yang tiada, menjelajahi alam suwung hampa
Kulakukan, menanak diri dalam lingkaran kubah hening tersunyi
Mengolah rasa segenap cipta dan karsa, demi tersaji sadar sebijaksana rasa
Kupuja jiwa dalam ritma irama sukma, meski godaan kian lalu lalang menjelma
Namun rasa jati tak mudah digodai, dalam mutlaknya begitu suci dan sakti
Biarlah rasa berpindah corak dan warna, menggubah illusi dalam nuansa sejati
Yang tiada harus tetap kucari, agar lengkap kembali diri ini bersama jati
Walau lapis setiap batas tak kan pernah tuntas kukupas, namun hasratku bukanlah asa yang mudah terkelupas

Karena harapku adalah hidup atas sel sel jiwaku, tak lagi sama dengan ingin2ku terdahulu, yang tak lepas dari baju baju usang berdebu
Rasaku bergayut pada qalbu yang hidup hangat berdenyut
Ciptaku melebur dalam gelombang panah tak berbusur
Cinta pun terbit dalam wajah yang sama, hadir menyatu dalam bayang dan cerminan jiwa
Rupanya aku tak sendiri menghuni wahana sepi, ternyata aku punya saudara yang kerap hanya kutangkap kilat bayangnya saat aku menidurkan mimpi dalam terjaga
Mengenalnya meski belum begitu lama, namun siratnya seakan kami telah mengenal lama
Tatapan dan senyumannya mengajariku akan kesederhanaan diri yang Maha, menjanjikan sinar pada kepekatan aura lama

Aku kian berani rasuki sunyi, rebah pasrah lepasi resah2 yang berjubah
Diamku menyeruak selinapi hening batin yang perlahan beranjak luwes bergeming
Sekali lagi, tariannya buat sisi hatiku bergetar hebat, gairah jiwaku bersambut menggeliat
Akupun tak lagi dapat berujar ucap, ceritaku tak lagi pantas kujadikan isi diktat
Karena bibir tak selamanya katakan sepakat, sebelum rasa menguji segenap benak
Mataku tak lagi sekasat dahulu, diriku terlalu memikat kupandangi dalam tidur dan terjagaku, tak mau aku terperangkap maya dunia lalu

Rasaku seolah Sang Ratu, yang tak lagi perlukan Raja dan serdadu serdadu
Cantiknya terpancar dalam Sir sebenar,
Lembutnya menebar Kasih tak kenali perih,
Cintanya membahana tanpa nuansa murka durjana,
Bahasanya bak hangat surya dalam lisan bibir jiwa
Hasratku kembali menggigil dalam rindu, keramaian dunia tak ubahnya pusara tak bernama
Aku ingini kedamaian hening, aku ingin kembali rasuki kebahagiaan di alam diam
Perjalananku, tuntun dan bimbing aku, tuk kembali rambahi damai cinta tak berujung, di pedalaman alam suwung.......

No comments:

Post a Comment