Tuesday, May 7, 2013

CINTA ITU, TAK PERLU BAHASA.....

by Ellyssee Lavin (Notes) on Friday, February 5, 2010 at 4:59pm


Andai aku merpati
Mungkin aku bisa terbang tanpa harus basa basi berpamitan
Maka aku bisa terbang bebas mengitari rindu alam, menikmati langit yang anggun kebiruan,

Andai aku si Edelweiss abadi
Tak perlu takut dan bersemi hidup di gunung tinggi
Meski tak banyak teman dan tak terjamahi
Namun ketenangan seolah sempurna kudapati

Andai aku ilallang
Tak perlu aku tinggal dalam pot dikemewahan
Aku kan mampu tegar hidup bersama lain liarnya rumput
Hidupku lepas dalam buaia angin bebas
Apa adanya bumi aku diterima diijinkan berkembang tanpa persyaratan

Andai aku air
Tanpa enggan dan keraguan mengalir menuju muara dengan pasti
Selalu mampu melewati aral tanpa memaksa dan tak ada paksaan, bahkan tak siapa tak berani menghalangi
Kuat dalam arus tekadnya
Lembut tenang dalam beningnya
Sejuk dalam rasanya pemberi dahaga dan menjadi syarat dalam kehidupan alam

Andai aku api
Akan kubakar semua lembar amarah
Kayu kayu ambisi, dan batangan batangan obsesi panas ini
Ingin kulalap habis segala arang hitam penyakit hati
Hingga habis dan baraku kuredupi lagi

Andai aku dan andai lagi
Andai mengertiku tak lagi kumengerti
Tak habis ibarat dan umpama menyiratkan sejuta makna dari rasa
Tak cukup untaian kata menjabarkan aksara menggubah surat jiwa
Selalu tak ada hal yang tak bernama yang tak mampu mengukur kerinduan yang membahana
Entah apa dan bagaimana gundahku merisaukan dalam rasa tanpa warna dan tak ada bentuknya
Tanpa sebab, merusak rongga dada, mencabik hati, menyayat nurani, memanggil tangisan jiwa, meluluh lantakan syaraf jasad, membinasakan hasrat tanpa bisa teriak
Tak ada lagi imajinasi meski tuk sekedar pelipur hati, karena yang kuingin memberontaku untuk tidak begini
Bukan dalam karma atau sesal dosa, aku merasa kehilangan arti bijaksananya rasa
Bukan juga kesedihan atau lara yang merajam, bahkan tidak pula ada bahagia sebagai alas sebab segalanya
Apakah ini pertanda, bahasaku bukan lagi dalam bahasa
Tuturku bukan lagi cakap sekalipun gumam dalam tidur
Apakah masih akan ada jawab ketika aku habis akal dalam seribu tanya mengharap meraup kabar dalam nalar
Budi pun terdiam tak bergeming
Tak ada yang pergi ataupun datang hadir
Semuanya hanya bergerak tenang dan mengalir
Tak lagi yang kalimat dan suara terkuak dari bibir yang tadi ternganga dipenuhi tanya
Tak kudengar lagi tangisan jiwa dan nurani yang tadi merintih dan teriakan hati yang tersayat pedih
Tak ada andai lagi dan kemengertian yang tak lagi dimengerti
Tak ada lagi keinginan mencari ibarat dan perumpamaan yang kucari untuk membantuku melukiskan hasrat dari ribuan imajinasi emosi
Akupun sadar dan memahami bahwa aku tidak sedang bermimpi
Aku hanya sedang mengalami kecamuk rasa kegilaan mengenali diri dari sang Diri
Sendiriku, diamku, tenangku, rasaku, pasrahku, ikhlasku baru saja tanpa bahasa membuatku anggukan iya selaras kehendak jiwa, bahwa aku tak perlu lagi banyak berkata dan mengulur waktu dayung perahu menguntai tanya menuturkan tak tahu
Samudera pun berwajah dalam tenangnya, berbahasa dalam diamnya yang kaya
Cinta tak perlu kata kata, dan banyak bicara
Cinta adalah rasa dalam hampa dan fana
Jika Cintamu adalah yang sebenar benarnya
Jalani tanpa banyak bertanya
Adanya Aku dan Dia sudah cukup dari wujud Cinta
Asalkan sama sama setia dalam satu Cinta, satu Rasa, satu Warna, satu Cahaya, satu Kehidupan dalam Keabadian tanpa awal dan akhir, tanpa pangkal dan ujung kesudahan
Karena Cinta itu, Aku dan Dia adalah Tunggal yang harusnya tak dapat terpisahkan...

No comments:

Post a Comment