Tuesday, May 7, 2013

HAKIKAT CINTA........ (ellyssee lavin)

by Ellyssee Lavin (Notes) on Friday, March 5, 2010 at 12:21pm


Kiranya baluh batinku mesti kian luwes dan mawas
Ketika romansa kisah permainkan ego diatas pentas
Lagu dan irama jiwa tak cukup senandungkan kidung sederhana
Nyanyian hatipun tak manis lagi tanpa gemulainya tarian tangan dan jelita kedip mata Nurani

Ketika terlena menggenggam bara cinta yg panas membara, melambungkan gairah hidup terbangkan asa asmara
Mestinya angin tak biarkan hasratku menjadi gelombang dilautan sadarku
Andai rinduku beri kesempatan tuk urai rajutan nafsu
Mungkin aku tak kan lemas terdampar dikarang batu
Menuai sadis menggores luka pilu
Semata karena gelap tanpa terang permataku

Hendaknya penglihatanku tak sekedar membaca maya
Karena rasa tak lagi sudi nikmati fatamorgana
Duhai wayang yang kusayang, dan terkadang benciku ingini dirimu remuk kubilas dendam
Namun cerminku menolak tak ijinkanku, saat kuberkaca, kulihat tampak ada bias wayang wayang itu di bayanganku yang nyaris sama
Rasaku tercekat kecewa, menahan marah yg tak berwadah
Hatiku sakit tercekik pedih, saat tangan Nuraniku menarik emosi diwajah sedih
Mengapa...
Mengapa aku tak diijinkan hempaskan si angin merah
Mengapa aku tak boleh tumpahkan si air hitam
Mengapa aku tak dapat tebarkan duri dari lukaku yang nyeri
Mengapa segala angkara harus kutahan seketika, saat batinku tak kuasa menerima dera keliru rasa

Sejenak kuterdiam, mencoba mencari tenangku yang sempat karam
Sedetik kudapati sadar direlung samudera terdalam
Sempat kuberpaling mata kelubuk qolbu
Hanya temaram yang melukis garis buram

Kucipta hening menuju rindu bening
Geliat pasrah mendamba hampa sandarkan risau kerana nyeri luka
Bibir batinku berucap dalam megap
Jiwaku terjaga dalam bijaknya, Sang Nurani setia tuturkan kabar berita di nyanyian syahdunya

Rasaku kubiarkan bebas berkeliar
Ikuti irama permukaan lautan sadar
Sakitku kubiarkan lepas menjerit meneriak
Alibiku perlahan kulepaskan menjadi udara yang berserakan
Kunanti tenangku tanpa khayal atau impian
Segala himpitan peduli bahkan pertalian sesal kulepas terurai
Kumasuki ruangku dalam bilik tanpa nafsu
Tatkala remang kuraba sebuah pintu
Betapa ku tak kuasa membuncah rindu
Kunikmati pembaringan suciku
Kuadukan segala gundah dalam rebah penuh pasrah
Ya Rabb...
Warisi aku surat yang belum kubaca dalam gelap
Ajari aku menyalakan sinar meski perciknya hanya dari lilin kecil yang kudapati
Beri aku gambaran makna walau melalui mimpi saat aku terlena dalam lelap lupa terjaga nanti

Ada getar dalam ruangku, ada sinar dalam temaram hatiku, ada sebuah buku diatas bantalku
Dalam diam helai lembar itu penuhi sayu mata jiwaku
Jelas terbaca, dalam aksara yang tertera


Kubaca melalui Nurani..
"wahai hati..."
Hiduplah engkau dari matimu selama ini, karena rasa tak lagi mengenali warna kasatnya, bawa cahaya lentera jiwa, agar kau kenali hakikat siapa dan bagaimana rasa mereka...
Andai ada perangai dalam kebencian dan angkara dendam, menawarkanmu peperangan, tebarkan nyeri tak berkesudahan, jawab dan sambut ia dalam tangan sadar yang terbuka
Layani hujatannya dengan senyuman ikhlas laksana cahaya
Balaslah mata marahnya dengan tatapan cinta sehangat sang surya
Andai kau tahu, betapa dendamnya adalah rindu, betapa marahnya lantaran mendamba cinta, dan bencinya harapkan kasih darimu...
Tak perlu kau meragu, semaikan benih welas asih, semayamkan sudah kecewa pedih tanpa sedih
Bukankah telah kau berkaca, bukankah telah bisa kau bercermin disana, dan kau kenali wajahmu sendiri yang "asli..?"

Mestinya tak perlu kau bertanya lagi
Tak ada beda dirimu, bayanganmu dan mereka mereka itu
Jika Dia Mengasihimu, begitupun Dia kepada wayang wayang itu
Yang disuarakanNYA dan digerakanNYA sekehendakNYA dengan segenap tulus Rahman RahimNYA
Lantas mengapa kau beri mereka kebencian yang tak diberikan olehNYA kecuali kau memuja nafsu dan menyarangkannya di kerangkamu

Fahami mata dan cahaya yang ada didirimu
Cari hakikat Cinta yang tak perlukan bentuknya lagi
Biarkan Rasa yang menganalisa rasa dari dan rasa
Biarkan sadar membawa Rasa menjadi hampa yang bijaksana
Mulailah tanami hati, rawati ladang jiwa dalam seBenarnya Cinta
Indahlah makna dari Diri yang senantiasa kau kenali dari sekat satu ke sekat lainnya lagi hingga Muaranya kau temui
Tak kenal maka tak sayang, tak suka karena tak cinta
Tak faham karena tak kau mengerti, tak mengerti karena tak pernah kau mau peduli
Jangan lagi kau abaikan "Diri"


Ya Rabb...
Terkupas habis semua, tersingkap sudah bijaknya menelanjangi ego yang pongah berlalu dan musnah
Lilin telah berapi, terangnya sederhana namun cukup menerangi
Hatiku hangat berdenyut hidup
Jiwaku bak taman berseri tersirami
Qalbuku sejuk terbasuhi embun sejati
Ruangku bersinar tak sisakan remang lagi
Kusisir rapi serakan puing puing gelisah menjadi hamparan murni dlm pasrah
Kukemasi emosi yg terkulai lemas taklukan dengki
Kudekap bukuku kuciumi harumnya kuhisap sarinya hingga ubun ubun sukmaku
Duhai wayang wayangku...
Sambut aku dg haru biruku penuh rindu
Kasih telah siap kusemai dlm benih, menjadi taman hakiki...

No comments:

Post a Comment