Tuesday, May 7, 2013

CERITA DALAM DIAM _________ (ellyssee lavin)

by Ellyssee Lavin (Notes) on Wednesday, March 10, 2010 at 2:04pm


Aku tengah menikmati sang tenang
Berawal dari keramaian
Riuh rendahnya jelas telah membuat lelah
Sisi ruang batinpun kian jengah
Isi kepala seolah berontak meretak sinyal gelombang pecah
Segala pekik, tawa, jerit dan teriakan suara suara "jelata"
Memekakan pendengaran, memacu debaran jantung
Tak dapat terbaca lagi ramah yg perangainya sanggup membuat tersenyum jiwa
Tak jelas lagi nyanyian nyanyian yg mampu menyulut bara Sir di sanubari
Kaki ini seolah menghentak ingin beranjak
Telinga ini seakan hilang peka akan suara
Mata ini sepertinya jera meliarkan bola binarnya
Otakkupun enggan mencerna dalam jenuh nalarnya
Dan hati ini segera berdendang menabuh genderang peperangan

Realita dan logika
Pesonanya bagai jerat berwajah perangkap indah
Menawarkan kanvas dengan warna lukisan menggoda
Memberikan illusi dari ribuan mimpi mimpi
Kilauan glamournya seketika menutupi silau mata hati
Rasa nikmatnya mengelabui petuah suci Nurani
Pentas gemilang dengan banyak Narasi Syaitan
Budakki manusia dari segala fitrahnya...

Kemudian diri rindukan sepi
Mencari ruang sendiri tuk padamkan api
Lalu sibuk sandarkan setiap tanya pada isi dada
Ku tolak segala rayuan sang maya, bukan karena aku lemah tak berdaya
Namun cahaya telah pudarkan hasrat tak bersukma
Letih lemas nafsu pun tak lagi beringas
Dari ramai aku pergi lari bergegas
Seluruh asa yang meringkus telah usai kujadikan pupus
Terduduk sudah keributan hati dari angin surga duniawi
Minatku padamu telah kukembalikan pada halusinasi
Dambaku padamu telah kubakar menjadi abu dan debu
Kuserahkan pada angin2 yang berlalu meninggalkanku

Betapa sulitnya kucapai kesendirianku
Sungguh mahal harus kutebus kediaman itu
Dimana aku harus menanggalkan segala baju bajuku
Telanjang tanpa selembar benang keinginan untuk menjadi sebenarnya AKU

Tak mampu kutatap kedudukannya melalui mata dalam kasatnya
Sangat indah rasa yang kudamba
Tak sanggup ucap lisanku menuturkan cerita kecuali suara jiwa
Jauh teramat jauh kutempuh, dalam kerinduan aku nikmat mengayuh
Nyata yang ternyata adalah hanya sebuah hampa dan saratnya makna
Hasratku akan kembara laksana pena yang tak pernah kehabisan tinta
Mimpiku akan tenang bagai mata air di padang gersang
Cintaku akan diam seperti malam yang setia menanti rembulan

Sadarku adalah nyawa ku seutuhnya
Meski betapa banyak darah batin yg tertumpah dlm peperangan untuk menjaganya
Telah kukorbankan jiwa jiwa yang lain yang mengisi ruang batin, setelah keberadaannya denganMU menjadi tak lagi penting, sungguh sangat tak berbanding
Aku harus terbiasa mengikis tunas tunas ilalang cinta
Yang menumbuhi ladang hati dimana disana adalah taman sebagai SinggasanaNYA
Aku harus bisa menunggalkan Rasa dan menanggalkan semu dari semua rasa, rasa, dan rasa
Aku harus kian faham, jika pengorbanan adalah ongkos mahal untuk sebuah perjalanan
Aku pun mesti mengenali pasti, yakinku dari gamangku selama ini adalah tenaga dan semangatku melajukan langkahku

Semoga ragu tak lagi menemuiku
Kuharap pedih tak mampu meluruhkanku
Kuingin luka reda dari sakitnya, sembuh dan menambah yakinku kian kukuh
Kuyakin dunia mampu kujadikan kapal sederhana diatas nafsunya, agar biasa kukemudi tanpa kemarahan lagi
Sementara aku memiliki kekasih kekasih dari ego selain Kasih
Biar kan kujadikan mereka guru dari ilmu keseharian pembelajaranku
Bagaimana memupuki pohon sabar
Seperti apa aku harus merawati tanaman kembang cinta
Sudahkah aku bisa menata rapi rumput rumput indah hijau keikhlasan
Bisakah aku memisahkan antara tanaman keadilan dan tanaman kasih sayang
Bagaimana aku harus menghadapi dan membasmi hama dan serangga yang merusaki tumbuhan di taman hati ini dengan bijaksana

Kusadari, saat aku kian menyadari
Biasanya aku dahaga dari bijak dan sederhana
Ketahuanku semakin nenelanjangi ketidak tahuan diri ini
Bila kukenang keramaian itu, senyumanku seolah ingin berterima kasih
Dari sana kucapai sebuah arti kerinduan
Dari pecahnya jengah kutemui damainya kesunyian
Dari marahku kudapati sesal dan kejeraan
Dari letihku kumampu bangkitkan semangat yang "baru"
Dari pedih telah kutemui luas indahnya taman Kasih
Dari deraan luka kini kumengerti cara menCinta
Dari gelapku aku dapat berjalan dibawah Cahaya
Dari air mata kutemukan mata airnya
Dari pilu kuyakini akan jawab sedalam Rindu

Semua karenaMU
Segalanya adalah rencana indahMU
Tak terkecuali hardikan2 kecil dari peringatanMU
Adalah obat penawar dari kealfaanku
Hakikat Cinta dan Kasih SayangMU

No comments:

Post a Comment