Tuesday, July 17, 2012

-MENYIKAPI, MENERIMA DAN MELAMPAUI SUKA DUKA-

Mendapatkan sesuatu atw keadaan yg diluar kenyamanan, apapun itu, katakanlah keadaan tsb mampu menimbulkan kecewa, marah, sakit, ketidakberdayaan, putus asa dsb.

MAWASlah, jika ini dianggap suatu musibah atau kehancuran yg teramat menyakitkan, maka sejatinya disana Rahmat Tuhan sedang turun meNyucikan jiwa, hati, bahkan badan kita sendiri.
Sangat sedikit pribadi yang memiliki kesadaran jauh kepada hakiki n essensi hidup di dunia ini, dimana logika mereka lebih meraja ketimbang kesadarannya.

Padahal, ketika hal tersebut terjadi, dirinya tengah disadarkan, jika ia hanyalah seorang makhluk semata diatas Kekuasaan n Kehendak Maha Segala2NYA.
Bisikan halus n tipuan halus sang iblis kerap memperdayakan pikiran manusia, membutakan mata hati n kesadarannya, akibatnya banyak yang salah kaprah menerima suka duka yang meranakan jiwa manusia, lantaran kesadaran keTuhanannya teramat lemah.

Keterikatan manusia kepada kenyamanan, ketenangan, kecukupan, n kebahagiaan, menimbulkan ketidakseimbangan dalam jiwa, batin kesadarannya, hingga kerap menimbulkan ketidakseimbangan energy yang memicu kepada gangguan rohani n jasmaninya.

Pun, ketidak inginannya menerima hal2 yang membuatnya tidak nyaman (karena hal tsb dianggap musibah, n hal buruk yang harus dihindarinya), itupun membuat dirinya akan senantiasa gelisah, galau, n sibuk mencari kenyamanan yang dikehendaki, tanpa menyadari, jika DUKA adalah wajah dari SUKA itu sendiri.

TUHAN menciptakan segala sesuatu hal berpasang2an tentunya berdasarkan sifatNYA yg Maha Pengasih n Maha Penyayang. Hal tsb tercipta demi keseimbangan n keselarasan kehidupan seluruh alam n makhlukNYA didunia.

Tiada hal buruk dari kedua sisi, dimana seorang penulis senior menyatakan, bahwa suka duka adalah ibarat kedua sayap burung, jika salah satu sayap tsb rapuh, maka burung tsb tidak akan bisa terbang, jika sang burung hanya menggunakan salah satu sayapnya, atau hanya bertumpu pada salah satu sayapnya, maka ia akan jatuh.

Menerima kedua sisi hal tsb dlm hidup, menyikapi suka duka dalam hidup, adalah sudah keharusan, tiada suka tanpa duka, tiada duka tanpa suka, tak perlu bergantung n melekat kepada salah satu sisinya, karena kedua hal tsb hanyalah penyelaras dari keberadaan kita n keyakinan kita thd Sang Pencipta n Pengatur kehidupan kita.

Disinilah mengapa diharuskan "tafakur" (menyadari hakikat diri, mengenali hakikat diri), disinilah mengapa diwajibkan "syukur" (mahabbah kepada takdir n jalan kehidupan, ikhlas sbg makhluk n hamba ciptaan), dimana suka duka hanyalah sayap keseimbangan diri dalam perjalanan yang tidak mungkin kita tampikan, dimana kita hanya berhak berjalan penuh keyakinan teguh tdk melekat kepada keduanya, tetapi hanya lurus jiwa, raga, rasa n kesadaran kepada Tuhan.

"wahai jiwa, bila datang suka ceria, lapangkan dadamu penuh bahagia, janganlah engkau terlena hingga lupakan sadarmu kepadaNYA, karena duka tengah menunggu pelukanmu berikutnya, agar engkau kian lekat mencinta kepada Sang Maha Pemilik rasa"

"wahai jiwa, tetap tersenyumlah ketika sentuh KasihNYA tiba dalam wajah duka, maka seketika, rasamu adalah indah tak terkira, itulah hakikat Cinta dalam KehendakNYA" (diluar logika).

Dan apabila seseorang telah mampu melalui suka duka tersebut secara hakiki (disebut "yogi"),

Maka...., kokohlah ia dalam keyakinan Cinta pada Tuhannya, maka luwes dan bijaklah ia menjalani kehidupan, maka indahlah perjalannya menuju pulang, tiada n bukan lg "rasa" kesemuan yang ia lekati, selain "rasa Cinta n Kerinduan" kepada Sang Sejati.

SUKA bukan tujuan, DUKA bukan penderitaan, keduanya adalah dua sisi penyelaras kesadaran serta wajah Kasih Sayang Tuhan, yang mengejawantah diseluruh alam kehidupan, tanpa pengecualian n mustahil dihindarkan, selain disyukuri penuh ketulusan.

(ellyssee)

No comments:

Post a Comment