Monday, July 23, 2012

~ANGGUR DAN JAMU~

Setiap senja, seperti biasa, demi lelaki yang dikasihinya yang sepulang bekerja, perempuan biasa itu menyajikan secawan anggur manis, dgn penuh harap, sang lelaki terkasih mampu lenyapkan penatnya yang tergurat berat diraut wajahnya, namun sang lelaki dingin tak bergeming, menolak datar akan minuman anggur tadi n berkata..

"..aku tidak haus, minuman ini pun terlalu manis, minumlah..buat kau saja.."

dengan rasa kecewa, perempuan biasa itu menundukan tatapannya, seraya menarik kembali cawan anggur ditangannya yang lelah, lalu tanpa kata2 ia berlalu n menjawab lirih, nyaris berbisik..

"..baiklah, jika engkau tak berkenan, maka aku akan menikmatinya sendirian.."

ia pun mereguknya pelan penuh perasaan, dirasakannya manisnya mengaliri seluruh ruang nadi, membasahi relung kalbu, melezatkan sum2 tulang jiwa, memabukan kesadaran sang sukma, dalam fana qalbunya pun bersenandung..

"..wahai manis nan sejati, andai aku mabuk akan lezatmu, maka jangan biarkan aku mati lekat pada rasamu, karena hati ini hanyalah milik Kekasihku.."

perlahan, sudut matanya berubah menjadi genangan telaga indah, namun sinarnya tetap berbinar cerah, sekali lg, qalbunya lirih bernyanyi..

"..Kekasih, betapapun manisnya setiap tetes anggur yg kureguk, tiada nikmat selain manisnya merasakan kerinduan pada KasihMU disetia aku kehausan.."

lalu perempuan biasa itu tertidur dgn mata basah n seulas senyuman diwajahnya yg sederhana.

DAN
setiap kali pagi hari, tanpa jera ribuan kali, demi lelaki yg dicintainya, sebelum pergi bekerja, ia sajikan minuman jamu yg teramat pahit rasanya..

"..minumlah kanda, agar badanmu sehat kau gunakan bekerja, tiada kena letih yg membuatmu jatuh sakit n kelemasan, pahit memang, tapi tak mengapa, demi sehatmu terpelihara.."

namun sekali lagi lelaki dingin itu menepis halus tangannya tanpa menatapnya n berkata pelan..

"..sudah berulang kali aku bilang, aku tidak suka minuman pahit, jgn khawatir pula, aku pasti baik2 saja, kalau kamu suka, ak pergi kamu saja yg meminumnya sendiri.."

kemudian seraya berpamitan lelaki itupun berlalu melenggang.

Kali ini sang perempuan tersenyum sambil memandang punggung lelakinya yg berlalu, kemudian ia mulai meminum jamu pahit itu tanpa ragu, matanya terpejam, ia resapi setiap regukan yg melalui rongga dadanya, ia nikmati setiap sentuhan pahit didasar hatinya, tiada nampak beda ketika menikmati lezatnya manis anggur kemarin, ia tetap menikmatinya tanpa beda rasa.
bersenandung kembali hatinya..

"..wahai pahit dalam hakiki, jangan engkau larutkan aku dalam kepekatanmu, jangan engkau binasakan aku dalam rasamu yg tajam memilu, karena hidupku telah kuserahkan kepada Kekasihku.."

habis sudah minuman itu, kini ia terduduk pasrah, dalam nafas yang lembut mendesah, tiada genangan telaga dimatanya, selain pejam dalam manisnya senyuman..
kembali syair2nya bernyanyi diruang hatinya yg ia sukai..

"..wahai Cinta, sempurnalah Engkau Mencinta hamba, pahit dan manis ini telah menjadi Cahaya jiwa, menyatu menjadi Rasa yg lapang tak terkekang, selain kegilaan yg indah diseluruh perasaan..."

"..wahai Kekasih, sebelumnya telah kutawarkan kedua sajian hakikimu kepada lelaki terkasihku, namun rupanya ia masih belum lagi tahu, apa yg ia hauskan dikerontangan qalbu, jika kini kunikmati sendirian, ini karena Engkau yg sudi menerimaku penuh KeCintaan, kiranya Engkau saja yg Mengasihi, kiranya Engkau saja yg memiliki hati n hidup ini, namun bukan karena manis n pahit sajian aku berkesaksian, tapi dalam hakikat aku hanya MerasaiMU Seorang.."

Kesimpulan... :

Seringkali sulit menyadari wajah hakikat dr yg nampak, sukar mencium sirat essensi dalam segala yg hadir dikehidupan ini.

Namun dlm cerita ini, anggur yg diceritakan diatas maksudnya adalah, "sang perempuan yg senantiasa peduli kepada kesadaran n kehidupan hati hakikinya sang pasangan, ia kerap memberikan sentuhan Kasih di jalan Tuhan, sebagai tongkat keyakinan n pedoman kedamaian, agar tidak larut dalam segala budak keduniawian, tetapi sang lelaki kerap mengabaikan, dianggap itu hanya kata2 manis yg menjanjikan hal2 indah diluar logikanya, ia pun menolaknya, n sang perempuan pun menikmati sajiannya sendiri, sementara sang lelaki, pergi tanpa bekal lagi, sementara jiwanya merasakan kehausan hakiki. Beruntunglah si perempuan, meranalah si lelaki yang buta dalam hijab ilusi.

Sementara jamu pahit termaksud, adalah "ketiadaan" (zuhud dalam kesederhanaan), hal ini pun ditolak sang lelaki, karena ia tak pernah ingin menderita dalam kepedihan n kesengsaraan, dianggapnya sang perempuan sangatlah bodoh n tiada wajar berkesikapan, lalu ia memilih pergi dengan hanya membawa angan2 n keinginan, yg sesat dalam fatamorgana n harapan kesemuan, ia memilih terus dlm jalannya kesendirian.

Sementara sang perempuan, ia penuh hasrat mereguk sajian pahitnya, membawanya kepada kedalaman rasa yg menghujam dasar jiwa, bahagia diatas bahagia, menikmati Rasa Cintanya yg penuh cahaya, mengantar dia menemui Wajah KekasihNYA.

(€)

No comments:

Post a Comment