Tuesday, March 24, 2015


HIDUP BUKAN PILIHAN
(ellyssee)





Setiap saat ternyata kita senantiasa kurang memahami, lupa, khilaf dan sedikit sekali pemahaman untuk belajar serta istiqomah akan penting (utamanya) menyadari "diri"

Betapa sepenuh waktu peperangan terjadi didalam relung qalbu.
Dunia dalam tipu dayanya, fitrah manusia dengan keterbatatasannya, membuat dan menciptakan romantika dan warna hidup manusia dalam gambar lukisan diatas kanvas nasib yang samar.

Perhelatan luar biasa terjadi, bahkan terkadang diluar ambang batas nalar yang wajar, sementara segalanya mengalir mewakili atas nama qada dan qadar.

Apa yang sebetulnya kita kejar?
Sudahkan kita ketahui tujuan hidup ini dalam arti sebenar?
Pernahkah kita sadari adalah hakikat sebagai awal belajar?
Sementara kebingungan menyeret kita senantiasa hanya terlena pada kulit/dunia luar?
Dan apa yang terjadi ketika dongeng dunia ini mulai digelar?

Ketika nafsu mengatas namakan hak yang berlandaskan kepada keinginan yang bernama "kepuasan"
Perang diri antara Ingin dan Tidak Ingin, ego dan emosi, harapan, prasangka, keakuan dan angan - angan yang kerap menciptakan asumsi serta persepsi bahwa hidup adalah penderitaan dan hidup adalah pilihan

Merasa (keakuan) bahwa kesuksesan hidup adalah karena kemampuannya, karena kecakapannya, karena pengetahuan, pengaruh, kekayaan, kecerdasan serta kekuasaannya, tanpa menyadari bahwa ada hal paling sederhana adalah justru diluar kehendak, kuasa dan diluar logikanya......, adalah...

1. NYAWA
Mengetahui dan memahami alasan dan tujuan mengapa sang diri lahir ke dunia, dan mengapa terjadi adanya dunia serta isinya

2. NAFAS
Proses hidup sang diri dari detik demi detik bahkan jeda diantaranya kerap tak disadari "kejadiannya", atau untuk sekedar menikmatinya, bahwa ada apa dan siapakah yang Kuasa menggerakan dan mengontrol nafas kita, degup jantung, denyut nadi, dan segala system kerja seluruh organ dalam tubuh, yang membantu menopang kelangsungan hidup sang diri ini

3. RASA
Ungkapan sakit hati, jatuh cinta, sayang, cemburu, bosan, jenuh, suka, tidak suka, benci, marah, penasaran, senang, bahagia, adalah ungkapan akan bentuk perasaan yang tak dapat dibuktikan dalam bentuk benda, namun manusia mengakui itu nyata dirasakan dirinya dan dapat diungkapkan melalui ekspresi seperti menangis, teriak, senyum, tertawa, atau melalui karya seperti melukis, menulis dan menyanyi. Jika kita kaji, siapa yang menciptakan rasa yang tak berwujud dalam benda tersebut, siapa yang mengendalikan rasa tersebut ketika berubah dari rasa yang satu kepada rasa yang lainnya...? bahkan rasa hampa yang tidak kita mengerti kenapa sebabnya..?

Berbagai ilmu pengetahuan modern, bisnis dengan prospek menjanjikan akan masa depan dan segala hal bentuk duniawi yang menyita akal pikitan serta aktivitas manusia, kerap membuatnya lupa untuk sekedar memperhatikan dirinya sendiri, karena kesalah pahaman dalam prinsip, serta persepsi akan arti serta tujuan hidup, terlebih pemahaman akan siapa sebenarnya dirinya, peran serta tugas mereka yang sesungguhnya di dunia ini.
Kebahagiaan dan ketenangan bagi mereka hanya diyakini dalam kesuksesan duniawi semata, yang justru mereka tahu bahwa hal tersebut tak abadi, ....IRONIS


Lalu sang diri meyakini untuk hidup dalam kehendak serta pengaturannya sendiri, bukan hidup dalam Kehendak serta Pengaturan Sang Pemilik diri dan seluruh semesta ini


Kesadaran tak lagi diusung sebagai perisai, hati tak lagi dijaga sebagai mutiara jiwa yang teramat istimewa dan terlalu biasa dibilang berharga, kenapa? Karena hati adalah nyawa sejati hidup manusia dengan kesucianNya.

Keberadaan raga yang menawan dan sekaligus hina menjijikan, hanya hati yang dapat menentukan rupanya dalam ucap dan perbuatan.

Apa yang sudah kita lakukan untuk kelangsungan hakikat hidupnya hati dibalik raga yang tak berarti, sementara dunia mengancam singkatnya hidup tanpa limpahan materi dalam belenggu obsesi dan materi, ilusi dan tak akan pernah abadi.


Pengalaman jatuh bangun dalam perang diri, semata -mata karena lalainya membaca buku diri yg Tuhan titipkan dalam raga, tubuh, alam, jiwa, batin, alam semesta dan segala isinya, sejarah dan segala wujud peristiwa lakon diri diatas dunia serta jiwa dan kesadarannya.

Hikmah yang nyata nyaris tak terbaca, karena lebih suka mengumbar kasat mata yang terjebak dalam kehausan akan glamournya pesona maya, jerit merana kebatinan jiwa yang merindukan kesejatian dan kehakikian nyaris dituli redamkan seketika, betapa diri didustakan selamanya.

Realita dan Hakikatnya tak lagi harmonis menyatu dalam lagu sadar sebenarnya, ketimpangan yang tak disadari seolah disengaja dalam kebutaan yang biasa dan telah menjadi terbiasa.

Ketika kita dihadapkan pada kecewa, kepahitan, kehilangan, kesakitan, kesengsaraan dan kesorangan dalam derita, kita baru berlari tersungkur bersujud pada hakikat fitrah kita dan Pemiliknya..., seolah hanya sebagai pelarian semata.

Ketika tiada sesiapa lagi yang mau peduli melihat, mendengar, atau meminjamkan sejenak bahunya untuk kita bersandar, ketika tangisan, teriakan, jeritan dan rintihan pilu kita tiada sepasang telingapun yang sudi untuk sekedar mendengar, baru seketika kita merangkak meraih rangkulan sang sadar.

Kemudian perlahan Tuhan dengan Cinta KasihNya yang begitu besar, senantiasa menerima dan bijaksana, memberikan cahaya terang Kesadaran
Ketika Sang diri telah mengaku sepenuhnya,dan berserah sepenuhnya, kemudian kau sadar...

"bahwa yang lalu segalanya tak selalu benar, bahwa yang sudah sudah adalah semata lelah buah dari alfa, keliru, sombong, angkuh, munafik, dzhalim dan salah, dan tak mau mengalah, demi nafsu yang menyetubuhi kesucian jiwa yg pasrah, demi ambisi yang menggagahi keluguan nurani, demi "puas" yang menelanjangi kemurnian hati, diri yang hina dan tak berdaya tanpa Kuasa, Rahmat serta Kasih dan AmpunanNya..."

Tak lebih dari pepesan kosong yang kita songsong, kiranya kepuasan adalah kebanggaan dari dambaan yang sebenarnya bohong,

Ya, dimana batas puas yang kita kejar begitu buas, nilai apa yang kita capai sementara tak jua sampai hidup dalam sebenarnya damai, padahal jauh dalam batin, hakikat bahagia dijamin begitu luas tanpa batas rasa

Dunia adalah ajang sekolah bagi yang mau mengejar masa depan yg terjamin cemerlang, belajar, berkarya, berbagi, mengabdi dan membersihkan diri adalah hakikat kelangsungan hidup sebagai seorang INSAN didalamnya yang berguna bagi banyak umat dan keluarganya
Dunia bukanlah pilihan, ketika telah mengetahui dan memahami serta hidup seimbang dengan HAKIKATNYA DIRI SERTA KEHIDUPAN DAN SANG MAHA HIDUP


Memuali hidup diatas dan didalam baju kesadaran, atau hidup senantiasa apa adanya dalam ketelanjangan dan keberserahan
Lihatlah diri dalam mata yang hakiki, lepaskan pandangan biasa yang hanya mengenali ego diluar kemurnian nurani


Dahagakah kita atas nikmat dari bahagia yang abadi?
Tidakkah kita tergoda mencicipi Kasih Tuhan yang tak terhingga?
Hidupkan hati, suburkan batin, sucikan jiwa, basuhi qalbu dg Iman dan Taqwamu yg lebih hakiki lagi..
Cari hakikat, tunda realita sebentar saja, benahi DIRI dlm keCINTAAN yg sesungguhnya
Dunia kian renta, Jiwa kita semestinya lebih siap menerima, terlebih melewatinya

Lupakan dunia sekejap saja, telusuri keberadaan sadar sepenuhnya, ikuti rasa terperih selaksa Cinta hanya KepadaNYA, raih bahagia hidup yg sebenarnya hidup

Awali langkah hening dari yang terhening, mulai ikhlas mencari sadar yang sempat tersandar, temui jiwa dan mulailah ajak bicara, bawa hati dan raihlah nurani, ceritakan isi qalbumu, bahwa engkau hanya mencari dan mem "butuh"kan Tuhan-mu.....

Andai saja kau ajak bicara jiwamu, maka dia akan mengaku setulusnya, bahwa dia merindukan kampung halamannya, merindukan rumah peraduannya, merindukan Kekasih Sejatinya.....................................


Tiada lagi pilihan, selain Ketentuan dan Kepastian...




Salam Kasih Satu Jiwa
Semoga semua mahluk selamat dan berbahagia

No comments:

Post a Comment