HATI SANG BUAH HATI
Pada usia tertentu, ketika si anak sdh mampu berkomunikasi dgn baik,
mampu menuliskan cerita atau pengalaman kesehariannya, mampu menilai
kepribadian orang2 sekitarnya, mampu berimajinasi n melahirkan ide2 dlm
sikap n bahasa tubuhnya, tdk ada salahnya, sang orang tua secara bijak n
sederhana mulai mengajak sang anak tercinta mengenali "hati" sejak
dini, melalui membimbing mrk mengenali setiap perasaannya, mengarahkan
mrk utk t'biasa mendengarkan isi hatinya, tanpa memposisikan diri
menjadi sosok dewasa yg tengah mengajari, karena hal itu dpt membuat si
anak jujur n tertarik diajak diskusi (curhat), bkn hal tdk mungkin sang
orang tua seketika melebur menjadi sosok si anak itu sendiri, byk trik n
cara yg pastinya dikuasai sang orang tua yg mengenal kepribadian sang
buah hati tercinta dlm menyelami perasaannya, so layak dicoba.
Sepintas terkesan berlebihan, karena masalah "hati" adlh pastinya hanya
difahami manusia dewasa, sehingga sang orang tua berpikir jika hal itu
akan ditemui n dimengerti kelak oleh anaknya saat dewasa, tidak jarang
si anak bertanya, misalnya, "mama, cemburu itu apa?" atau "mama,
perhatian itu apa?", atau "mama, pilu/pedih itu bagaimana?"
dan jawaban orang tua sering menghindar utk menjelaskan, dgn alasan, "kamu masih kecil, nanti juga kamu akan mengerti"
padahal, saat itu si anak sangat reaktif n kritis dgn keingin
tahuannya, disanalah kesempatan kita memperkenalkan masalah "rasa" dgn
sangat sederhana, tdk ada formula khusus tentunya, tetapi kedekatan
orang tua n sang anak akan sangat membantu kelancaran komunikasi n
kesuksesan memberikan pengertian, sang Bunda biasanya memiliki peran
dominan dlm hal ini.
Dan, atau bahkan, seringkali mrka mengatakan
"aku sakit hati, tadi temenku cuekin aku" atau "aku tersinggung, waktu
teman kelasku menyindir aku" dsb.
Hal tsb menandakan jika si anak
tengah mengutarakan n mengekspresikan perasaannya, waktu yang tepat
menjadi teman curhat mereka disamping sbg orang tua, bimbing mereka
mengenali "rasa" keruh n "rasa" jernih dalam hatinya yang tengah
dirasakannya, pun mengenali egonya yang tengah muncul, disatu sisi ia
akan teralihkan dari permasalahan pokok dgn mengambil perhatiannya pada
topik baru yang sebenarnya berkaitan dgn masalah perasaannya tadi,
disatu sisi, akan membawa si anak kepada perenungan positif yang tidak
ia sadari, asal sang orang tua mampu mengarahkannya dengan cermat,
komunikatif, bijak n tepat.
Mengapa si anak sangat perlu dibimbing mengenali "hati/qalbu" sejak dini?
Hal ini akan membawa si anak terbiasa mengikuti nurani dalam sikap n
pengambilan keputusan, fokus pada "rasa" dalam bersosialisasi n
berinteraksi, mampu menguasi diri, si anak tidak terpaku kepada kehendak
pikiran, n tentunya, ini akan sangat membantu si anak tumbuh menjadi
dirinya sendiri yang mandiri n mampu bertanggung jawab atas dirinya
pribadi.
Terlalu mulukkah hal tsb dijadikan pendidikan atau pelajaran buat si anak dalam keseharian, dimana usianya blm dewasa?
Tanpa menekan, menuntut, menyalahkan, menghakimi, atau bertindak sbg
org yg mengajari, hal tsb akan sangat merangsang si anak untuk memahami,
pasti banyak cara bijak yang dimiliki orang tua, karena hal ini mutlak
dilakukan oleh orang2 yang sangat memahami kepribadian si anak.
Pendidikan spiritual itu sangat luas, tidak cukup dgn hanya memberikan ajaran agama dan segala tata cara syariatnya semata.
Seringkali
sang anak bertanya, "dimanakah Allah/Tuhan itu berada? Hal ini adalah
kebingungan sang anak yg kritis, pendidikan agama di sekolahnya tidak
cukup meyakinkan hati mereka, kecuali hanya sampai pada pengetahuan
pikirnya, belum pada akalnya.
Melalui pendidikan mengenali
"hati" atau "rasa" tadi, adalah pintu awal pendidikan spiritual dari
sang orang tua yang cerdas n penuh cinta kasih.
Spiritual tidak
cukup melalui ajaran, tidak cukup pula melakukan ritual, biarkan si
anak belajar kekhusyuan melalui senantiasa mencermati rasa di dalam
hatinya sendiri, n mendengarkan kata nuraninya sendiri.
Sang anak
adalah sangat cerdas, apalagi hal ini tidak memerlukan pemikiran apapun,
karena justru si anak dilatih untuk tidak melekat sama pikiran, selain
pada suara nuraninya terdalam.
Hal ini saya tulis menurut
pemahaman saya sendiri, spiritual adalah sumber kecerdasan, tapi yang
lebih penting, spiritual adalah dasar n pedoman untuk menjalani hakikat
kehidupan.
Jika bisa, kenapa tidak?
Melalui keyakinan (bukan pemahaman) kepada Kebesaran Allah, pasti ada jalan n berkah.
Anak adalah amanah, namun anak bukan milik kita, tidak perlu ragu atau
patah semangat memberikan pembelajaran kpd mrk, kita serahkan sepenuhnya
pada Kerja Tuhan/Kuasa Allah yg penuh Cinta Kasih luar biasa.
Niat kita m'berikan pemahaman kpd sang buah hati, namun mrk pun adlh guru buat diri kita sendiri, sungguh mengasyikan bkn?
Indahnya kebersamaan yg saling mengisi penuh kasih sayang, dlm konteks ilmu hakiki... :)
Jelas hakiki, shalat n dzikir pun bkn ibadah bila tdk lahir n t'gerak dari hati.
(ellyssee)
No comments:
Post a Comment