Begitu
byk orang sibuk n kebingungan mencari ketenangan, tdk sedikit manusia
gelisah mencari kedamaian, tdk hanya kena pd manusia yg berkekurangan
atau yg b'kecukupan, entah knp hidup ini n dunia ini begitu sulit
difahami, hingga mereka seolah t'jebak dlm belenggu dirinya sendiri.
Makan,
tidur, bersosialisasi, bekerja dan bermimpi, berfikir, merasa dan
berfikir lagi, seolah menjadi ruang waktu yg tak habis dimengerti, jiwa
mereka tak bisa berdusta dgn kegalauannya setiap akhir letih n sendiri,
"apa yang aku cari?"
"apa arti hidup ini?"
Pertanyaan2
yg kerap muncul n hilang kembali, karena tdk pernah mdpt titik temu n
jawaban atau penjelasan didunia akalnya yg penuh keterbatasan.
Ketika mereka menemui kegagalan, mereka seolah sejenak sadar, maka dicarinya Tuhan, mengadu n memohon habis2an.
Ketika
mereka mengalami kejatuhan n keputus asaan, kesadaran dicarinya
belakangan, merasa bersalah dan hina lalu memohon ampunan Tuhan, tapi
tdk sedikit pula yg murka mempersalahkan n menghakimi Tuhan.
Apa
yg jadi sebab mereka menjadi sedemikian dangkalnya menjalani n memahami
hidup didunia, hingga mereka kerap kehilangan pegangan, keyakinan,
kepercayaan bahkan lupa akan keberadaan Tuhan?
Pemahaman ajaran yg didapatnya tdk lebih dari sekedar basa basi n ritual yg tdk difahami hakikatnya sebagaimana seharusnya.
Kepentingan n kebutuhan duniawi lebih mendominasi pikiran mereka daripada kesadaran diri n kesadaran berkeTuhanan.
Urusan
perut, syahwat, gengsi sosial, n ambisi kekuasaan serta kepuasan adlh
menjadi hal utama yg menghijab kesadaran, terjerat dlm fatamorgana yg
makin menjauhkannya dari hakikat hidup yg sesungguhnya.
Ketika
mereka letih, mereka beramai-ramai mencari ilmu ketenangan dgn
menghambur2kan uang, mencari guru2 spiritual dari sgl ajaran, ironisnya,
mereka mau yg serba instant... :D
Tidakkah mereka berfikir
sederhana saja, ketika badannya sehat bukankah itu hal yg paling nikmat?
Ketika dlm keadaan TIDUR, masih adakah yg mereka pikirkan?
Ketika mereka kenyang, masihkah mereka merasa lapar? Ketika mereka penuh minum, masihkah merasa kehausan?
Ketika mengenakan pakaian, apakah perlu dipakai ratusan helai kain dibadan?
Jadi apa yg m'buat mereka begitu kegelisahan, termangu, murung, khawatir n terpuruk dgn sgl beban pikiran?
Hanya karena perkara duniawi yg sbnrnya ilusi?
Padahal,
kalau memang merasa sangat berat n keberatan dgn apa yg kita pikul,
kenapa tdk kita lepaskan saja beban2 itu agar kita terbebas dan bisa
melangkah ringan serta dapat bernafas lepas.
Begitu pula dgn sgl "beban duniawi", untuk apa dikhawatirkan n ditakutkan lagi?
Kerja
keras manusia dlm berupaya menjaga kelangsungan hidup pada masa kini
sdh tdk tulus lagi, tetapi lebih kpd seolah "tidak yakin kpd Kekuasaan
Illahi"
Akal n pikirannya dikuasai ego yg melahirkan ambisi n obsesi yg tak henti2.
Terlupa
pada garis hidup yg telah ditentukan qada n qadar dari Tuhan, dimana
sgl waktu telah habis tergadaikan hanya demi dunia n kepuasan, otaknya
setiap hari terkuras habis digunakan untuk mencari cara menguasai dunia
lebih byk lagi, hatinya terlupakan, n jiwanya terabaikan.
Kecerdasan
n wawasan ilmu pengetahuannya dianggap sebagai aset pribadinya mutlak,
kesuksesannya dianggap berkah dri sgl upaya kerja keras dan pemikirannya
yg luas, merasa telah mampu menundukan dunia dgn isi kepalanya, merasa
benar telah berhasil mendapatkan rejeki yg ia dpt dari hasil keringatnya
sendiri.
Tetapi, ketika ia usai makan, sendirian, menjelang
tidur, ia merasa kesepian n terasing, merasa hampa, resah, bahkan sedih
tak terkira, ia pun kian galau krn tak menemukan alasannya.
Hingga ada rasa nyeri didasar hatinya yg tak didasari menggerakan bibirnya berkata lirih, "Ya Allah ya Tuhanku"
lalu..,
merunduk
wajahnya, hingga dagu jatuh menyentuh dadanya, dirabanya dada itu dgn
kedua tangannya, matanya terpejam, perlahan meneteskan bulir2 air mata
yg kian deras berjatuhan, tiada lagi yg terucap, kerongkongannya seakan
sakit tercekat isak, habis sudah waktunya ia lewati dlm kepedihan yg tak
ia mengerti, hingga lelah ia terkulai dlm tidur hingga pagi, tanpa
jawab atau pun mimpi.
Itulah kehampaan jiwa yg menyuarakan
kejujuran, kerinduan kepada Tuhan yg tak disadari sang insan, terhijab
sgl tuntutan dan pikiran yg dibuatnya dlm kesengajaan. Pada akhirnya,
ketersesatan dan kekeliruannya membawanya kpd rasa ketiadaan.
Merasa
hampa dlm limpahan harta, merasa sendiri ditengah pengakuan dan
penghargaan diri, merasa sakit dlm kesenangan duniawi, merasa asing dlm
kelekatannya terhadap ambisi, merasa tak berdaya dipuncak kejayaan dunia
yg dicapainya.
Tiada gelisah kecuali pasrah, tiada serakah selain berserah.
Tiada nikmat selain syukur, tiada puas selain bebas, tiada merdeka selain apa adanya.
Syukuri
apa yg ada, bawalah slrh nafsu, ego, pikiran, dan keinginan berserah
kpdNYA, menjadi ma'mum dalam Shalat jiwa raga kita yg sesungguhnya.
Dunia bukan sandaran, kecuali hakikat diri sejati dan Tuhan.
(€)
Dalam ketiadaan, cukup itu ada, dalam ketiadaan kaya itu hakikatnya.