Sunday, May 31, 2015

HIKMAH CINTA DALAM SEPIRING NASI

 (by ellyssee)

Foto Ellyssee Frederiksen.

Tahukah kamu Nak..., betapa mewahnya sepiring nasi ini..?
Jika saja kamu berpikir bagaimana sepiring nasi hangat ini sampai ke hadapanmu, dan siap serta halal untuk memenuhi rasa laparmu...
Dalam sepiring nasi ini, dibalik rasa sepiring nasi ini, dibalik segala manfaat dari sepiring nasi ini, ada sesuatu yang lebih dari sekedar rasa dan lebih dari sekedar peran makanan untuk kita.

Kita renungkan sejenak disebalik makna do'a yang terpanjat, sebelum kita mulai bersantap.

Bagaimana nasi ini berasal, tentunya dari bibit padi yang dipersiapkan dan dipilih seorang petani, kemudian ditanam diatas tanah sawah yang dirawat baik, ada beberapa orang yang berperan mengatur pengairannya, membersihkan sawah dari rumput - rumput liarnya, ada beberapa orang yang mengatur pupuknya, banyak orang yang dengan sepenuh hati mengelola sawah dan tanaman padinya, serta menjaganya dari serangan hama atau dari ribuan burung - burung yang memangsanya ketika masa berbuah tiba.

Dari menjelang pagi mereka berangkat bekerja, tak terhalang terik sengatan matahari mereka tetap setia mengelola sawah dan padinya, bermandikan peluh penat, kulit yang terpanggang tak dihiraukannya. Dan tidak setiap orang bisa atau mau melakukannya.

Sementara alam pun menjadi peran Cinta Kasih yang besar, sang tanah dari bumi ini yang bak Kasih Ibu, memberikan kemurahan akan kesuburan bagi sang tanaman padi, air dan hujan, serta sinar matahari, menjadi makanan bagi kelangsungan tumbuhnya seluruh tanaman itu.

Musim panen tiba, semua petani berbahagia, seolah pesta raya. menuai hasil kerja keras mereka, sebagian digunakan untuk kebutuhan pangan sehari - hari, sebagian mereka jual ke pasar, seperti halnya kita dapatkan disana, meskipun kita membelinya dengan uang kita sendiri, namun tanpa mereka, tanpa petani - petani tersebut, tanpa orang - orang dipasar, tanpa para tenaga kuli yang memikul karung - karung besar beras tersebut, tidak akan pernah sampai ke rumah kita, bahkan kita masih membutuhkan api untuk memasaknya, ketelatenan serta kesabaran menunggu sampai tibanya sang nasi dalam piring ini.

Betapa banyak orang - orang yang berperan besar dalam sepiring nasi ini, tenaga mereka, pikiran mereka, perasaan mereka, keringat mereka, waktu mereka, dan cinta kasih mereka, serta Kasih alam ini bekerja sama dalam satu harmony dibawah Kehendak dan Cinta ILLAHI.

Masihkah kita hanya melihat makanan ini sebagai "hanya sepiring nasi...?"
Bersyukurlah kepada Tuhan Anakku..., berterima kasihlah kepada alam ini, kepada orang - orang yang terlibat atas banyak Cinta yang telah sampai kepadamu melalui sepiring nasi ini, jika kita sadari asal - usulnya, maka sepiring nasi itu tidak sekedar "hanya"...., namun rejeki, berkah serta hikmah yang mewah yang dapat menjadi nutrisi batinmu, rasa yang melampaui lezatnya cita rasa, dan tidak semua orang dapat dengan mudah mendapatkannya, tanpa kerja keras, bahkan diluar sana banyak yang berhari - hari hanya memunguti remah nasi sisa.....

Berbahagialah, dan bagikanlah sebagian kebahagiaanmu kepada orang - orang yang dekat serta teramat membutuhkannya, meski hanya sepiring nasi, dan ceritakanlah asal - usul nasi tersebut penuh keceriaan, agar setiap suap nasinya menjadi perayaan syukur kepada Tuhan.

Jangan pernah sia - siakan sepiring nasi yang penuh Cinta ini terabaikan hanya karena tidak ada lauknya, karena syukur adalah nutrisi kehidupan berbahagia.
Selesai makan, berdo'alah..., dan do'akan semua orang - orang dan segala sesuatu dibalik kejadian sepiring nasimu tadi.

Selamat makan sayang.... ;)

Monday, May 4, 2015

KITAB DIRI YANG TERSEMBUNYI

(by TUAK ILAHI)



Inilah kitab yang membicarakan sebelum alam ini dijadikan. Bermulah Allah menjadikan Nyawa Muhammad, lalu Tuhan melihat kedepan tiada sesuatu yang dilihatnya, kemudian melihat ke belakang, kekanan, dan kekiri namun tiada melihat sesuatu pun. Sedangkan Ia ingin disembah dan dipuji, tidak ada yang memuji dan menyembahnya. Maka dijadikanlah dirinya didalam dirinya,

kemudian melihat ke atas dan dikatakannya ( ALIF ), keluarlah Nur, inilah Rahasianya Muhammad, melihat ke atas jadilah Arsy. Melihat ke bawah jadilah Rahasianya.

Kemudian Tuhan melihat ke depan dan dikatakannya ( I ), keluarlah Nur, inilah Nyawanya Muhammad, melihat ke atas jadilah Kursiyah, melihat ke bawah inilah Nyawanya.

Kemudian Tuhan melihat ke kanan dan dikatakan ( U ), keluarlah Nur menjadi hatinya Muhammad, melihat ke atas inilah syurga melihat kebawah menjadi hatinya.

Kemudian Tuhan melihat ke kirinya dikatakannya ( HA ), keluarlah suatu Nur, inilah Misalnya Muhammad, melihat ke bawah jadilah misalnya.

Kemudian Tuhan melihat ke belakang dan dikatakannya ( HU ) , keluarlah suatu Nur yang menjadi akalnya Muhammad, melihat ke atas jadilah Lauh-Mahfud, melihat ke bawah jadilah akal Muhammad.

Kemudian Tuhan melihat ke bawah dan dikatakannya ( HU ), keluarlah suatu cahaya, inilah bayang-bayangan Muhammad, melihat ke atas inilah hati kecil, melihat kebawahnya jadi Rupa.

Kemudian Tuhan melihat kedalam diri-Nya, inilah yang menjadi Hatinya Muhammad, inilah yang dinamakan Halus.
Melihat keatas inilah yang menjadi Rasa.
Melihat kebawah inilah yang menjadi Air Mani.
Kemudian Tuhan melihat ke sekeliling-Nya, dikatakan-Nya (HUA HUA)

menyebarlah cahayanya, maka jelaslah Nur Muhammad didalam cahayanya laut kenyataannya Allah Ta’ala didalam cahayanya Muhammad, dikatakannya dirinya Tuhan, maka dinampakkanlah dirinya Tuhan dihadapan Muhammad, kemudian Tuhan berkata; “Jadi adakah engkau yang menjadikan dirimu sehingga engkau melupakan Nyawamu disujudkan di Baitul Maujudi?”

Maka berkatalah Muhammad: “Engkau baru kulihat, maka sebaiknya kita masing-masing bersembunyi, barang siapa yang didapat itulah yang menjadi Hamba, yang tidak dapat diketemukan itulah yang menjadi Tuhan”.

Bersembunyilah engkau Muhammad terlebih dahulu, Aku yang mencari. Maka bersembunyilah Muhammad di Wajah, di ingatan, di akal, namun setiap persembunyiannya senantiasa diketemukan oleh Tuhan.

Berkatalah Muhammad, bersembunyilah, aku yang mencari. Maka bersembunyilah Tuhan di waktu 5 (lima), namun Nur Muhammad tidak menemukannya.

Maka berkatalah Tuhan: “Carilah aku sungguh-sungguh, kemudian Tuhan berpindah menyembunyikan dirinya di Rahasia, juga Muhammad tidak menemukannya.

Sehinga Muhammad berseru: “Dimanakah Engkau bersembunyi, sedangkan suara-Mu kedengaran tapi aku tak melihat?”

Maka Tuhan berkata: “Aku bersembunyi di Rahasia”

Lalu Muhammad mencarinya di Rahasia, namun Muhammad tidak dapat membuka matanya, dikarenakan cahaya terang yang tidak dapat ditembus, sehingga Muhammad berkata: “Sudahlah nyatakanlah diri-Mu, Engkaulah yang menjadi Tuhan”

Maka berkatalah Tuhan: “Mana tanda kepercayaan-Mu dan dimana letak berdiri kepercayaanmu?”

Maka dikatakanlah Muhammad: “ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH",

lalu Tuhan menjawab: “WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH”.

Ketahuilah olehmu Muhammad “Rupa” itu Sifat-Ku dan nama bagimu, “Waktu” itu Sifatmu.

Berkatalah Muhammad: “bagaimana sehingga Wajah itu namaku sedangkan adalah Sifat-Mu?

Berkatalah Tuhan : adalah Rupa (Wajah) itu namamu dan Sifat-Ku, karena itulah Aku ingin disembah, dipuji, dikenal, dikasihi, digembirai, sedangkan semua itu tidak dapat dilakukan-Nya. Sehingga dengan demikian kujadikan diri-Ku dalam diri-Ku.

“Waktu” itu Nama-Ku dan Sifat itu Rupa-Ku, sebab Aku jugalah yang sembah diri-Ku. Sesuai dengan dalil: Artinya: Adapun yang disembah dan menyembah itu satu.

Jadi Aku yang memuji diri-Ku, dan mengasihani diri-Ku, dan engkau kujadikan yaa Muhammad Akulah yang menjadikan diri-Ku, dalam diri-Ku, adamu itu ada-Ku-lah itu. Kenyataanmu itu kenyataan-Ku-lah itu.

Ketahuilah olehmu Muhammad Ada-mu pada Nama-Ku yang sesungguhnya di dirimu.

Adapun Sifat-Ku, ada pada DIAMMU
Adapun Rupa-Ku, ada pada I’TIKADMU
Adapun Diri-Ku, ada pada MANFAATMU
Adapun Lahir-Ku, ada pada GERAKMU
Adapun Perbuatan-Ku, ada pada PERBUATANMU
Adapun Rahmat-Ku, ada pada PERKATAANMU YG BENAR
Adapun kehendak-Ku, ada pada HAJATMU
Adapun kekekalan-Ku, ada pada HATIMU YG BAIK, TEMPATNYA MUHAMMAD.

Fungsi-Fungsi Yang Dibebankan Allah Swt.
1) Fungsi Rahasia, Kebenaran dan Alam
2) Fungsi Nyawa, Penglihatan dan Nama-Ku
3) Fungsi Hati, Niat dan Pengenalan
4) Fungsi Ingat, Angan-angan dan Kekuasaan
5) Fungsi Akal, Yang Nyata dan Kebingungan
6) Fungsi Bayang-bayang, Kepintaran dan Kebodohan
7) Fungsi Nur, Pertimbangan dan Pengetahuan.

TANYA: Apa sebabnya Engkau jadikan yang tujuh itu?

JAWAB: Aku jadikan yang tujuh itu sebab Aku ingin disembah.

TANYA: Dimanakan yang disembah dari yang tujuh itu?

JAWAB: Aku disembah Nur pada bayang-bayang

“Bayang-bayang, Ingat, Hati, Nyawa, Rahasia, di Diri-Ku, dan
Akulah yang sembah diri-Ku"

TANYA: Apa penyembahan Rahasia Pada-Mu Yaa Allah?

JAWAB: Penyembahan Rahasia itu, ketika ia mengatakan : “A”

Penyembahan Nyawa itu, ketika ia mengatakan : “I”

Penyembahan Hati itu, ketika ia mengatakan : “U”

Penyembahan Ingat itu, ketika ia mengatakan : “Ha”

Penyembahan Akal itu, ketika ia mengatakan : “Hi”

Penyembahan Bayang-bayang itu, ketika ia mengatakan : “Hu”

Penyembahan Nur itu, ketika ia mengatakan : “Engkaulah Yang Kusembah Yaa Allah”

Adapun kenyataannya Rahasia: “A”
Adapun kenyataannya Nyawa: “I”
Adapun kenyataannya Hati: “U”
Adapun kenyataannya Ingat: “Ha”
Adapun kenyataannya Akal: “Hi”
Adapun kenyataannya Bayang-bayang: “Hu”

Adapun kenyataannya Alif, Rasa, Nyawa Muhammad: "Mani"

Adapun Perbuatan Muhammad itu: “Antara”

Adapun yang dinamakan: “Nama Dirimu” artinya “Kita Berdua Berdiri, Akulah itu Muhammad.

Adapun yang dinyatakan: “Engkaulah itu Muhammad, itulah dinamakan kata “HIDUP TAK MATI” artinya yang disuruh dan yang menyuruh.

Yang mengetahui hal itu serta dibenarkannya, panjang umurnya, dan disukai oleh para penguasa, dipercaya oleh orang lain, dihindarkan dari bahaya ujian Tuhan.

Ketahuilah pula kemunculannya NUR:

Nur muncul pada bayang-bayang
Bayang-bayang muncul pada Akal
Akal muncul pada Ingat
Hati muncul pada Nyawa
Nyawa muncul pada Rahasia
Rahasia muncul pada Nur
Nur muncul pada Tuhannya.

Dari situlah kita datang dan disitu pula kita kembali.
Maka kenalilah Aku sungguh-sungguh Muhammad bahwa, “Kita tidak berpisah”

Aku jadikan segala sesuatu karenamu, sedang engkau untuk-Ku.
Muncullah engkau pada kenyataan, Ku nyatakan engkau dan Ku lindungi engkau.

Adapun kenyataan serta pengertian Alif itu bersumber dari titik atau Zarra atau Nyawa-berlindung. Yang dinamakan Nyawa berlindung yakni Rahasia atau Cahaya Zat dan Sifat itulah yang memperkenalkan Tuhan. 
Adapun iman itu tempatnya Rahasia, Artinya Rahasia adalah Cahaya Hati-Nurani, ketika baris atas, bawah dan titik itu terbagi, maka jadilah 4 (empat) huruf, pertama ALIF, kedua LAM dimuka, ketiga LAM dibelakang, dan keempat HA, inilah lafasnya (Allah SWT).

Nyawa muhammad dinamai Ma'rifat
Nyawa kita dinamakan Haqiqat
Angan angan kita dinamakan Thariqat
Tubuh kita dinamakan Syariat ialah pengetahuan tentang pengenalan diri didalam Tubuh kita.

Apabila Nyawa itu melihat pada Allah SWT: Rahasia namanya.
Apabila Nyawa melihat pada Alam: Iman namanya.
Apabila Nyawa melihat pada Akhirat: Nyawa namanya.
Apabila Nyawa melihat ke dunia: Badan jasmani namanya.
Apabila Nyawa melihat kepada badan jasmaninya: hati kecil namanya.

Artinya : Adapun ilmu pada Allah, kebodohan terhadap sesuatu, Adapun ma’rifat kepada Allah, menyangkali diri,
Adapun bertauhid kepada Allah, keheran-heranan.

Nabi Muhammad SAW berkata kepada Ali: ketahuilah bahwa keluar masuknya nafas itulah yang dikatakan sembahyang bathin selamanya tidak membedakan antara siang dan malam dan diwaktu tidur dan diwaktu jaga.

Apabila nafas keluar dikatakannya "LAA"
Apabila nafas masuk dikatakannya "HU"
Itulah nama Tuhan serta nama Nabi yang tidak berpisah atau dinamakan “SYAHADAT-DUA”

Keluar nafas: "Sunnah"
Shalat dirinya Tubuh
Masuk nafas: "Fardhu"

Tanda kematiannya : 
• Ada yang dilihat seperti keranjang cermin, didalamnya ada orang seperti wajahnya diwaktu ia masih muda.
• 40 (Empat puluh) malam sesudah ia melihat lalu ia meninggal, empat puluh malam didalam kubur, lalu naik ke syurga pertama.

Keluar nafas: "Ilmu"
Shalat dirinya Iman
Masuk nafas: "Pengetahuan"

Tanda kematiannya :
• Ada yang dilihat seperti lampu lilin dikepalanya, terus naik ke langit
• Tiga puluh (30) malam sesudahnya itu, ia meninggal, sekian malam didalam kubur lalu naik ke syurga yang kedua.
• Pegangannya pada Qur’an 30 juz.

Keluar nafas: "Dunia"
Shalat dirinya Akal
Masuk nafas: "Akhirat"

Tanda kematiannya :
• Ada yang dilihat dikepalanya cahaya keluar, lalu naik ke langit
• Dua puluh malam setelah itu lalu ia meninggal, sekian malam ia didalam kuburnya ia naik kelangit ketiga.
• Pegangannya “Sifat Dua Puluh”

Keluar nafas: "Hamba"
Shalat dirinya Ingat
Masuk nafas: "Tuhan"

Tanda kematiannya :
• Ia melihat sesuatu seperti telur, didalamnya ada seperti masjid, cermin didalamnya, ada orang seperti wajahnya diwaktu mudanya.
• 13 (tiga belas) malam merikutnya ia meninggal, sekian malam pula ia didalam kuburnya lalu ia naik ke syurga yang ke 4 (empat).
• Berdirinya Rukun 13.

Keluar nafas: "Sifat"
Shalat dirinya Hati Sanubari
Masuk nafas: "Zat"

Tanda kematiannya:
• Ia melihat nur yang berdiri di pusatnya, seperti terangnya bulan ke 14, didalamnya ada orang seperti wajahnya diwaktu mudanya.
• Lima malam sesudahnya ia meninggal, dan sekian lama juga dikuburnya, ia naik ke syurga yang ke lima.

Keluar nafas: "Nabi"
Shalat dirinya Hati Nurani
Masuk nafas: "Tuhan"

Tanda kematiannya:
• Ia melihat “seperti rambut” berdiri diantara kedua matanyasampai ke syurga, di dalamnya ada Nur yangmerah seperti matahari.
• 3 (tiga) malam sesudahnya ia meninggal, sekian malam juga di dalam kuburnya, ia naik ke syurga yang ke 6 (enam).
• Penerapannya dalam tafakkur : “ Mulut ditutup, nafas melalui hidung”.

Keluar nafas: "Rupa Tuhan"
Shalat dirinya Nyawa
Masuk nafas: "Wali Tuhan"

Tanda kematiannya:
• Ia melihat seperti busa-busa emas sampai di langit (bulan) berdiri diantara kedua kening seperti “rambut yang hijau” melekat di Arsy, ada juga seperti bulan 14 munculnya.
• 1 (satu) malam kemudian ia meninggal, semalam juga dikuburnya ia laik ke syurga yang ke 7 (tujuh).
• Diberikan perasaan seperti orang yang sedang bersetubuh ni’matnya. Inilah berdirinya “Jibril”.

Keluar nafas: "HU" Shalat dirinya Rahasia
Masuk nafas: "HU"

Tanda kematiannya:
• Ia melihat permata yang jernih gilang gemilang, menjadi orang seperti dimasa mudanya, bercahaya wajahnya dan dirinya. Itulah “Halus Kita” keluar, itulah juga Nur, Itulah juga yang menjadi Tubuh kita.
• Pada saat lepasnya Nyawa, diberikan perasaan seperti keluarnya mani. Pada hari kematiannya itulah ia dikuburkan, hari itu juga ia naik ke syurga yang ke 8 (delapan) di “Arsy Kursyiyah”.
• Inilah yang tidak menunggu bacaan talqin.
• Inilah berdirinya Muhammad,
• Inilah yang dinamakan:

→ “shalat yang berkekalan dan berkepanjangan”.
→ Tali yang tidak putus pada Allah.
→ Kain Kafan yg tidak hancur

Jika kita berdiri untuk shalat, pada haqiqatnya ALIF itulah yang berdiri untuk shalat. Maksudnya: Naikkan terlebih dahulu nafasmu kemudian berdiri, artinya: Nyawa yang terlebih dahulu berdiri, kemudian Tubuh sebab tidak mungkin Tubuh yang dapat mendirikan Nyawa, sebaliknya Nyawa itulah yang mendirikan Tubuh. Jangan bertentangan perbuatan Tubuh dengan Nyawa, karena yang demikian itu sama halnya dengan orang yang menserikatkan Tuhan.

Hal ini diibaratkan bahwa, Nyawa itu ibarat Imam terhadap Tubuh, sudah tentu Imam itu terdahulu yang berdiri kemudian ma’mum. Itulah sebabnya maka “Imam” itu wajib diketahui.

Bilamana ada orang yang bertanya siapa Imammu dalam shalat, maka jawablah bahwa “Al-Qur’an itulah Imamku”...
Apa artinya Al-Qur’an itu?...
Al-Qur’an itu Kalamullah atau perkataan Tuhan, dan Tuhan itu bersifat Qadim, jadi Al-Qur’an itupun Qadim. Jadi pada haqiqatnya Tuhan itulah Imam, tanpa demikian ini berarti shalatnya tidak sah. Sebab yang dimaksudkan shalat disini ialah Dzahirnya perbuatan.

“Dzahir” artinya perbuatannya Tuhan pada kita. Allah juga pada haqiqatnya. Sehingga kita bersatu kata atau sekata dengan Imam (Imam dengan Ma’mum).

Dikatakan “Imaman Lillahi Ta’ala”, artinya Imam karena Allah Ta’ala.

Dikatakan “Ma’muman Lillahi Ta’ala”, artinya Ma’mum karena Allah Ta’ala.

Imam itulah yang menggerakkan ma’mum, demikian pulalah Nyawa itulah yang menggerakkan Tubuh, dan tidaklah Nyawa itu dapat bergerak jika tidak karena kehendak Tuhannya.

Bila hendak Ruku’, turunkan nafasmu dahulu, kemudian badanmu ruku’.

Begitu pula I’tidal (Sami Allahu Liman Hamida), naikkan kembali nafasmu, kemudian tegak.

Sujud juga demikian, turunkan dahulu nafasmu, kemudian sujud.

Lawan sujud juga demikian, naikkan dahulu nafasmu, kemudian mengangkat kepala (kembali duduk).

Demikianlah Nafas itu diikuti naik turunnya, begitulah Imam para Nabi termasuk Nabi Muhammad saw, dan para Wali.

Inilah yang dikatakan “IMAM TANPA DI IMAMI”.

Bila ada orang yang memakai (memperkenalkan) hal ini, maka itulah orang yang sah dijadikan Imam.

Jadi bila ada orang yang menjadi Imam sedang ia tidak mengetahui hal ini, sedang Ma’mumnya ada yang mengetahui, maka dikatakanlah “IMAM YANG DI IMAMI OLEH MA’MUM”.

Selanjutnya bila sudah membuang Takbiratul Ihram, tahanlah nafasmu sebentar, itulah yang dikatakan “Lenyap Kepada Nur Muhammad”.

Adapun yang dibicarakan masalah Nahwu dan Sharaf, “huruf” Baris, dan Lagunya”. Jadi hanya masalah “Lafaz”.

Bila dikatakan bahwa “Kata-Kata Tuhan Itu Bukan Huruf, Bukan Suara, Bunyi, Tidak Berawal, Tidak Berakhir, Dan Tidak Tasdik”, maka bingunglah orang-orang Nahwu dan Sharaf. Sebab bukan Huruf. Bahkan baris tiga Alif itu tidak dilihat oleh Nahwu dan Logat. Sebab huruf tidak bersambung. Sebab Alif yang ditulis dengan tinta itu menunjuk kepada Alif yang bukan tinta. Sedangkan Alif yang bukan tinta itu menunjuk kepada kata-kata Tuhan.

Bila tanda kematian telah tiba, maka hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah:

- Perbanyaklah bertobat kepada Allah swt, atas segala kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat lahir maupun bathin, besar atau kecil, sengaja maupun yang tidak disengaja.
- Perbanyaklah berdzikir kepada Allah swt:
- Laa Ilaaha Illallah
- Allah, Allah
- Hua, Hua
- Ah, Ah
- Serahkan dirimu sepenuhnya, artinya gaibkan dirimu kepada Nur Muhammad, dengan demikian sampailah engkau atau kekallah engkau pada Zat Allah swt, Sebab mustahil akan bercerai Nur dengan yang punya Nur, laksana matahari dengan cahayanya. Insya Allah selamatlah engkau.

- Sangkalah dirimu didalam rahmat Tuhanmu, jika engkau menyangka dirimu disiksa, maka disiksalah engkau, bila menyangka dirimu diselamatkan dari segala bahaya, maka diselamatkanlah engkau.
- Adapun tanda itu harus, artinya: boleh jadi ada, boleh jadi tidak ada, tergantung kepada kehendak Allah swt. Hanya kematian itu yang pasti adanya.
Adapun tanda kematian itu sebagai berikut:

- Melihat Nur yang lebih terang dari cahaya matahari.

- Melihat ke langit tujuh susun tanpa halangan sampai pada Arsy Qursyiyah.

- Melihat Nur yang terang, tiba-tiba ada seorang laki-laki berpakaian hijau berdiri disebelah kananmu lalu memegang telunjukmu dan berkata; “Lupakan saja dunia yang gelap ini, akhirat itulah yang terang, kesanalah engkau, dan Allah lebih mengetahuinya”, Muhammad itu yang mendatangimu dan katakanlah:
“Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah, Wa Asyhadu Annaka Muhammadan Rasuulullah”
Artinya: Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah, dan Anda adalah Muhammad Rasulullah.

- Selanjutnya melihat Nur yang tidak dimengerti tak ada seumpamanya, muncul lalu lenyap, muncul lagi dan segala sesuatu sudah pada sujud, itulah tanda akhir hidupmu di dunia ini, tidak akan kembali lagi untuk selama-lamanya.

- Adapun perasaanmu lebih nikmat daripada bersetubuh antara suami dengan isteri. Biasa saja terjadi kalau diketahui jalannya, dan sehubungan dengan hal itu ada hadits Qudsi yang menunjangnya, yang artinya: “Ingatlah Aku (Allah) diwaktu senangmu, maka Aku (Allah) mengingatmu diwaktu susahmu”.

Pertanyaan:

- Manusia diwaktu senang, kapan?
Dan manusia diwaktu susah, kapan?
Dan bagaimana caranya mengingat Allah diwaktu senang?

- Adapun orang yang bias mendapatkan kenikmatan itu, tanda-tandanya:

Basah disekitar alat kelaminnya, karena keluarnya air mani ketika berpisahnya Tubuh dengan Nyawa.

- Sewaktu mengucapkan Laa Ilaaha: niatkan dirimu lenyap bersama Nur Muhammad pada Dzat Allah

- Kemudian mengucapkan Illallah: niatkan dirimu kekal bersama Nur Muhammad pada Dzat Allah.

Lailahailallah:

- Laa Ilaaha, artinya menafikkan atau meniadakan
- Illallah, artinya mengisbatkan atau mengadakan pada wujud Allah.

- Hati yg menarik, Nyawa yang ditarik, Rahasia tempat menarik.

- Cahaya Cermin itu adalah tempat Manusia

- Cahaya Intan itu adalah tempatnya Muhammad

- Cahaya Jamrud itu adalah tempatnya Allah swt

- Maka dimasukkanlah diri-Nya didalam Cahaya Cermin, kemudian berpindah ke Cahaya Intan, kemudian ke Cahaya Jamrud didalam Nur Ilahi bersama Muhamad

- Demikianlah cara pengembalian serta pengekalan para Aulia Allah.

- Ketahuilah bahwa:
- Dzat Allah itu bathin pada Nyawa Muhammad, sehingga tidak ada pemisahan antara Hati Nurani (Nyawa kita) dengan Nyawa Nabi kita serta Dzatnya Allah, artinya: tubuh itu dapat bergerak, berkehendak, kuasa, hanya karena perintah dari Nyawa kita. Sedangkan Nyawa dibawah perintah Nur Muhammad, sehingga ia dapat bergerak, kuasa dan mengetahui.

- Adapun Nyawa Muhammad, nyata pada Dzatnya Allah, menurut dalil yang mengatakan Artinya: Seandainya bukan karena engkau Muhammad, Aku tidak menjadikan segala sesuatu.

Arti Haqiqatnya: “Tidak berpisah Nur dengan yang punya Nur”.

Mengenal Allah, Dzat, Sifat, Asma, Af’al, Diri, Tubuh, Hati, Nyawa, Rahasia, itulah bernama “Insan” atau “Tuhan”.

- Yang memerintah Tubuh kita, Af’al (Perbuatan) pada Allah
- Yang memerintah Hati kita, Nama pada Allah
- Yang memerintah Nyawa kita, Sifat pada Allah
- Yang memerintah Rahasia kita, Dzat pada Allah
.

Sabda Nabi Muhammad SAW Artinya : Pengenal pada diri ada empat: Tubuh, Hati, Nyawa, dan Rahasia.

Artinya : Beginilah pengenal pada diri (tubuh) kita serta Tuhan.

Artinya : Ketahuilah Kekuasaan Tuhan dan Kehendaknya dalam segala sesuatu tiada yang mencampurinya.

Artinya : Semua kata-kata dan kalimat itu adalah kata-kata dan kalimat Tuhan.

Artinya : Pengenalan dengan meng-Esakan (men-Tauhidkan) Allah.

Artinya : Tidak sempurna Islam seseorang, kecuali mengenal Iman,
Yang dikatakan orang beriman ialah, orang yang “Mengenal Dirinya, Mengenal Tuhannya”.

Artinya : Hati orang beriman, Rumah Allah.

NAFAS: Adapun bilangan keluar masuknya nafas dalam sehari-semalam sesuai dengan bilangan huruf Al-Qur’an = 32.005.345 (tiga juta lima ribu tiga ratus empat puluh lima).

SYAHADAT
: Adapun Syahadat itu, “Hidupnya” Allah yang dijadikan Tubuh pada kita. Isyaratkan bahwa Tubuh kita tidak bercerai dengan Hidupnya Allah swt.

SATINJA: Adapun Satinja itu, Cahaya Allah yang menjadi kesucian pada hati kita, menjadi rumah-Nya orang mu’min. Isyaratkan bahwa kesucian kita tidak berpisah dengan Nur Allah swt. Jadi Hati kita tidak terpisah dengan Halusnya Allah swt.

JUNNUP' : Adapun Junnu itu, Halusnya Allah yang dijadkan Rasa Ni’mat pada diri kita. Di isyaratkan, tidak berpisah ni’mat kita dengan Halusnya Allah swt.

PERSETUBUHAN: Sebelum melaksanakan malam pertama bagi pengantin baru (juga bagi pengantin lama kalau belum pernah melaksanakannya), hendaknya melakukan terlebih dahulu “Nikah Batin”.

Seorang suami jangan hanya mengawini isterinya hanya tubuh kasarnya saja, tapi yang harus dikawininya ada 6 (enam) macam, yaitu :

1) Tubuh
2) Hati
3) Nyawa
4) Rahasia
5) Tubuh Halusnya
6) Maunya

Seorang suami harus meminta halalnya dari isterinya keenam macam itu.
Kalau tidak tahu silahkan tanyakan kepada yang tahu.

- Dimisalkan makanan yang telah dihidangkan:

- Maka sebelum dimakan diucapkanlah dzikirnya Tubuh, Hati, Nyawa, Rahasia.

- Pada suapan pertama: dikatakan "A"
Tidak disentuh lidah. Inilah suara mula jadi.

- Pada suapan kedua: dikatakan "I, U"
jangan disentuh lidah. Inilah “Junnu”. Selamat dunia & akhirat.

- Jika sudah berulang-ulang kali suapannya, dikatakanlah "A" sebab itulah yang tidak disentuh tulisan, jangan dilupakan sampai selesai. Beginilah cara Ali dengan Fatimah.

- Dalam buku Yoga dan sex, dalam waktu sekejap mata, sepasang suami isteri yang mencapai klimax dari hubungan sexnya, akan lebih dekat dengan Allah swt.
Justru itu jangan kerja seperti alu, tidak ada hasil. Jadi kalau kerja pasti ada hasilnya. Apakah :

- Manusia berilmu?
- Manusia berpangkat?
- Manusia berharta?, dsb...Mudah-mudahan mengerti maksudnya.

- Nabi Khaidir a.s: Bagaimana yang dikatakan “Awal Permulaan?

→ Nabi Muhammad saw: Barang siapa yang mengetahui tentang awal permulaan ini, maka Allah Swt, mengampuni segala dosa-dosanya serta kedua orang tuanya, begitu pula segenap sanak keluarganya dan familinya, jauh maupun dekat, diampunkan segala dosa-dosanya dunia dan akhirat.
Sewaktu kita masih berada di dalam pengetahuan Allah Swt., kemudia pindah kepada kenabian (alam nubuah) dan juga kita masih pada Angin, Air, dan Tanah.

- Nabi Khaidir a.s: Siapa nama kita pada awal permulaan?

→ Nabi Muhammad saw: Adapun mula-mula nama kita pada Allah Ta’ala :
- bagi laki-laki bernama ALI” 
- bagi perempuan bernama “FATIMAH”.

- Sewaktu kita tinggal pada Darah
- 1 bulan
- 2 bulan
- 3 bulan
- 4 bulan
- 5 bulan
- 6 bulan
- 7 bulan di dalam rahim ibu lengkaplah Tubuh, maka dibacakan “Al-Hamdu”
- 8 bulan di dalam rahim ibu dibacakanlah “Qul Huwallaahu Ahad”
- 9 bulan di dalam rahim ibu maka Tuhan berkata: "Bersiap-siaplah untuk keluar ke dunia, disambut dengan malaikat dan rezeki yang murah, banyak, atau sedikit, demikian pula umurmu panjang atau pendek".

Berkata syahadat pada Tuhan: Saya takut yaa Tuhan.

Kenapa engkau takut sedang Aku yang menyuruhmu?

Saya takut sebab saya belum tahu siapa namamu yaa Tuhan.

Tuhan berkata: Alif namaku.

Syahadat berkata: kalau begitu sama dengan kita.

Tuhan berkata: Siapa namamu?

Syahadat berkata: Alif juga namaku.

Kalau begitu sama namamu dengan nama-Ku.

Ketahuilah Aku, agar engkau Ku ketahui juga. Kenalilah Aku, agar engkau Ku kenal pula.

Dengan cara bagaimana aku mengetahui yaa Tuhan?

Tuhan menjawab: “Yaitu dengan baris diatas (A). itulah sebabnya tangis pertama bayi lahir kedunia.

Bila ada orang yang bertanya kepadamu, bagaimana pengetahuanmu pada Allah Ta’ala sehingga engkau dinamakan orang yang berma’rifat.

Katakanlah kepadanya: “saya mengetahui dengan pengenalannya sendiri, tempat saya melihat dan mengetahui, artinya dengan pengetahuannya saya mengetahui, dengan pengenalannya saya mengenalnya”.

Ketahuilah olehmu tentang “Rahasia Mati” sebelum mati.
Barang siapa yang telah mengetahui hal tersebut, berarti itulah orang yang telah mempersiapkan dirinya bagi Tuhannya, dan Tuhanpun tersedia baginya.
Yang dimaksudkan ialah :

- Mandikan dirimu, bukan dengan air
- Bungkus dirimu, bukan dengan kain kafan
- Sembahyangi dirimu sebelum matimu
- Kuburkan dirimu, bukan dengan tanah

Karena sesungguhnya Tuhan telah berkata bahwa bagi hamba-Ku yang demikian itu, itulah yang tidak bercerai dengan Aku, dan lepas dari segala tuntutan dunia dan akhirat. Itulah hamba yang beriman sungguh-sungguh dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah Ta’ala semata.

Adapun kematian itu ada 4 (empat) tingkat, yakni :

1) Kematian Syariat: Yaitu mengucapkan dzikir Laa ilaaha Illallah pada akhir kematiannya

2) Kematian Thariqat: Yaitu mengucapkan dzikir Allah, Allah pada akhir kematiannya

3) Kematian Haqiqat: Yaitu yang mengucapkan dzikir Huwa, Huwa pada akhir kematiannya

4) Kematian Ma’rifat: Yaitu mengucapkan dzikir Ah, Ah, pada akhir kematiannya

→ Tanda-tanda Kematian Syariat: Yakni Hancur tubuhnya dalam kubur

→ Tanda-tanda Kematian Thariqat: Yakni tubuhnya tidak rusak dan kering

→ Tanda-tanda Kematian Haqiqat: Yakni Tubuhnya utuh dan rambutnya serta kukunya bertambah panjang, wajahnya bercahaya-cahaya.

→ Tanda-tanda Kematian Ma’rifat: Yakni tubuhnya lenyap dalam kubur, diambil oleh Malaikat, dibawa ke Tanah Suci menjadi “Wali Allah”.

→ Yang dikatakan “sudah membungkus diri sebelum mati ialah: Lenyapkan Tubuhmu kedalam hatimu.

→ Sudah memandikan diri sendiri bukan dengan air ialah : Lenyapkan dirimu dilaut adanya Allah.

→ Sudah menyembahyangi diri sendiri, ialah Rahasiamu lenyap pada Nur Muhammad, Nur Muhammad lenyap pada Nur Allah.

→ Tetapkan hatimu dalam keyakinan bahwa Tuhan itu Esa adanya.

→ Bila sudah ada nur yang tiada seumpamanya, sedang masih ada perasaan sakit dirasakan, itu belum yang sebenarnya. Jangan di ikuti.

→ Bila sudah merasakan ketenangan dan kenikmatan semata dan seluruh perasaan telah sujud, berarti yakinilah bahwa Tuhanmu telah ada, apakah ada Nur atau tiada, berangkatlah. Insya Allah anda telah selamat.

- Adapun hikmah yang dikehendaki dalam Shalat Subuh itu, yakni mensucikan seseorang daripada kelupaan dan kelalaiannya, sehingga menetapkan hadapannya semata-mata kepada Allah Ta’ala yang tiada seumpamanya sesuatu. Itulah sebabnya maka tidak ada shalat sunnah sesudah Shalat Subuh.

- Adapun yang dikehendaki dalam Shalat Dhuhur itu, yaitu: sucikan pandanganmu melihat ke-Esaan serta kesempurnaan Allah Ta’ala sampai memasuki waktu Ashar.

- Adapun yang dikehendaki dalam Shalat Ashar, yakni sucikan dirimu serta himpunkan penglihatan sempurnamu menghadap pada Himpunan Allah (Tauhid) Yang Maha Esa. Itulah sebabnya tidak ada shalat sunnah dibelakang shalat ashar.

- Adapun yang dikehendaki dalam Shalat Maghrib, yakni sucikan pendengaranmu, penglihatanmu, serta kata-katamu.

- Adapun yang dikehendaki dalam Shalat Isya’, yakni sucikan kegelapanmu menuju yang terang, artinya hilangkan keakuanmu, serahkan dirimu kepada yang punya diri (pencipta). Jelasnya hanya Allah swt yang berkuasa, berkehendak, yang hidup seterusnya, tiada yang lain.

- Adapun yang dikehendaki dalam Shalat Witir, yakni menetapkan ingatan lahir dan bathin, tertuju kepada Allah semata-mata, demi untuk dan karena Allah semata.

Bagi orang yang telah memiliki keyakinan yang putus adanya maka tiada lagi hal yang tersembunyi baginya, bahkan Tuhannya itulah yang paling nyata dalam segala hal.

Baginya tiada perbedan diwaktu hidup didunia dan diakhirat. Mereka telah yakin bahwa hidupnya itu tidak akan mengalami kematian, sekalipun kelak akan berpisah dengan tubuhnya.
Dalam arti men-Tuhankan Allah swt. itu adalah menyadari seluruh jiwanya bahwa segala bentuk serta penghayatan dirinya, pada Tuhannyalah ia mengharapkan. Sebab segala yang ada adalah hak dan milik Tuhan, bahkan dirinya sendiri telah bukan lagi miliknya. Mereka telah menyadari bahwa ke-aku-annya selama ini adalah “palsu” belaka.

Adapun yang bernama itu, laksana gelombang dengan air lautan. Bila gelombang itu telah tiada (sirna), maka yang ada hanya lautan itu sendiri. Jelaslah dalam hal ini bahwa gelombang itu adalah merupakan sifat dari lautan. Laksana bayang-bayang dengan yang punya bayang-bayang.

Dengan demikian tiadalah bedanya jika kita menyadari hal ini bahwa yang bathil itu, bathil sejak dahulu, sekarang maupun akan datang.

Sebaliknya bahwa “Haq” itu awal tak berpermulaan akhir tak berkesudahan, tiada ia dicakup oleh ruang dan waktu, nyata ia dibalik segala yang dinyatakan. 
Siapakah dia?

Dia itulah yang sebenar-benarnya hakikat diri kita yang tak dapat diragu-ragukan lagi.
Bahwa Dzat itulah yang bersifat, artinya bahwa hidup kita ini adalah kenyataan sifatnya, dan yang bersifat itulah yang menghidupi segala sesuatu.

- Jadi yang menjadi Hidup (Nyawa) Muhammad dinamai “Titik”, artinya Rahasia.

- Sedangkan yang dinamai “Rahasia” adalah Nur Zat.

- Yang menjadi sifat itu adalah yang dinamai “NUR”, artinya Nur yang tidak berubah-ubah (hidup yang tidak berubah).

- Adapun Jiwanya (Nyawa) adam, adalah Alif, artinya Himpunan, maka Nyawa namanya.

- Jadi Nyawa itu ada 2 (dua), yaitu; 
1. Nyawa yang dinamai “Titik” adalah Nyawanya Muhammad
2. Nyawa yang dinamai “Alif” adalah Nyawanya Adam.

- Inilah yang tiga tidak berpisah

Jadi bila hal tersebut telah menyata pada kita, berarti kita telah menyaksikan (melihat) buktinya sempurna.dengan demikian maka selamatlah anda untuk selama-lamanya, kekal abadi dunia akhirat.

Inilah dapat dikatakan “kesempurnaan ilmu” atau kepastian ilmu.
Segala yang dijadikan itu adalah bayang-bayang pada Tuhan. Sedang bayang-bayang dengan yang punya bayang-bayang adalah “Satu”. Gerak bayang-bayang itu adalah geraknya yang punya bayang-bayang.
Yakinkan dan jangan ragu-ragu lagi nanti salah.

NYAWA:

menurut Syariat = NYAWA namanya
menurut Thariqat = NUR namanya
menurut Haqiqat = ZAT ALLAH namanya
menurut Ma’rifat = TIDAK ADA YANG LAIN KECUALI ALLAH.

NABI MUHAMMAD SAW DENGAN ANAKNYA FATIMAH:

Nabi Muhammad saw berkata kepada anaknya: “Hai Fatimah, apakah engkau masih ingat yang telah saya katakana padamu?”

Fatimah menjawab: “Ya saya ingat semuanya”

Ingatlah sebuah “kata” yang tak berpisah dengan Tuhan, yaitu sewaktu Tuhan memesrahi sesuatu, yakinkan dalam hatimu yang bersih.

Barang siapa yang menemukan pengenalan yang sesungguhnya didalam kehendak Tuhannya, itulah orang yang memakai: Penglihatan Tuhannya ia melihat, Pendengaran Tuhannya ia mendengar, dengan kata Tuhannya ia berkata, dan katakanlah nama itu tidak berpisah dengan yang punya nama.

Janganlah merasa ragu dalam hatimu, itulah sebabnya sehingga ada yang dikatakan: “Kepastian Ilmu” atau Ilmil Yakin, Haqqul Yakin.

Yakinkan dalam hatimu, tidak berpisah dengan Tuhanmu serta Rasulnya. Sebab haqiqat NYAWA yang suci itulah yang dinamakan “Muhammad” artinya orang yang dicinta.

Artinya: Insan itu Rahasia-Ku, dan Aku Rahasianya.

Kuatkan Tauhidmu pada Allah swt.
Adapun pengertian sebenarnya kalimah:
Laa Ilaaha Illallah yaitu “TIADA ASALKU YANG SELAIN DARI ALLAH TA’ALA”
Nabi Muhammad saw berseru kepada seluruh umatnya: 
“Ketahuilah dirimu didalam dirimu” 
Yakni: ada 4 (empat) : Rahasia, Nyawa, Hati, Tubuh.

1) Rahasia itu Nur Zatullah
2) Nyawa itu Nur Sifatullah
3) Hati itu Nur Asmaullah
4) Tubuh itu Nur Af’alullah.

Dari ke 4 (empat) tersebut diatas, 3 (tiga) yang dapat melihat pada Allah.
Allah itulah yang menjadikan semesta alam beserta isinya dan berubah-ubah, Tuhan juga yang meliputi, menembus, memesrahi beserta isinya.

As-Syeikh Lukmanul Hakim bertanya kepada anaknya : “Apa sebabnya Al-Fatihah dibaca dalam shalat”?

Indrajaya menjawab: “bahwa shalat lima waktu berasal dari surah Al-Fatihah, pada awalnya, yaitu:

Al-Hamdu terdiri dari lima huruf yaitu :
Alif
Lam
Ha
Mim
Dal

Allah swt menjadikan waktu yang lima itu sebagai berikut :

1) Waktu Dhuhur: dijadikan dari huruf Alif-nya Al-Hamdu

2) Waktu Ashar: dijadikan dari huruf Lam-nya Al-Hamdu

3) Waktu Maghrib: dijadikan dari huruf Ha-nya Al-Hamdu

4) Waktu Isya’: dijadikan dari huruf Mim-nya Al-Hamdu

5) Waktu Subuh: dijadikan dari huruf Dal-nya Al-Hamdu



(Tuak Ilahi)

SHALAT KHUSYU DAN TAWAJUH


Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada penutup Surah Al-Fatihah dalam Tafsir Al-Jailani mengatakan: “Wahai para pengikut Muhammad yang selalu menuju pengesaan Dzat, semoga Allah memudahkan urusanmu, hendaklah engkau merenungkan tujuh samudera yang meliputi tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur`an Al-Azhim yang merupakan cabang dari tujuh sifat Dzat Ilahi yang setara dengan tujuh lapis langit dan tujuh bintang semesta.


Renungkanlah ayat-ayat ini dengan sungguh-sungguh, lalu jadikanlah dirimu seperti yang dilambangkan di dalamnya, niscaya engkau akan selamat dari tujuh jurang jahanam yang menghalangi manusia mencapai surga Dzat, yang menjadi tempat musnahnya semua atribut dan keberbilangan.



Tentu saja perenungan dan tadabur seperti itu tidaklah mudah bagi mu kecuali setelah engkau membersihkan lahiriahmu dengan syariat Rasulullah yang bersumber dari Al-Qur`an, serta membersihkan batiniahmu dengan mengikuti akhlak Rasulullah SAW yang berasal dari kandungan Al-Qur`an. Karena Al-Qur`an adalah yang menjadi penyatu kedua sisi akhlak Rasulullah, lahir dan batin; serta turun dari Rabb-nya yang telah menunjuknya sebagai khalifah di bumi.



Al-Qur`an adalah akhlak Allah yang diturunkan kepada nabi-Nya. Maka siapapun yang berakhlak dengan Al-Qur`an, pasti akan beruntung seperti beruntungnya Rasulullah SAW. Itulah sebabnya Rasulullah bersabda: "Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah",karena memang itulah yang diingatkan di dalam Al-Qur`an.


Surah al-Fathihah menjadi bagian paling terpilih dari seluruh isi al-Qur`an dengan bentuk yang paling gamblang dan pemaparan yang paling jelas. Siapapun yang merenungi surah ini pasti akan mendapatkan apa yang dapat didapatkannya dari seluruh isi Al-Qur`an. Itulah sebabnya surah ini wajib dibaca ketika hamba bertawajuh kepada Dzat Tunggal yang oleh syariat disebut dengan istilah "shalâh". Shalat merupakan mi'raj bagi mereka yang menuju kepada-Nya, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: "Shalat adalah mi'raj orang mukmin." Rasulullah juga bersabda: "Tidak sah shalat kecuali dengan membaca Fâtihah al-Kitâb."


Oleh sebab itu, maka bagi engkau yang sedang melakukan shalat dengan menghadap ke arah ka'bah yang sejati atau kiblat yang asli, hendaklah engkau melaksanakan shalat wajib dengan tekun yang dapat mendekatkan Anda kepada kiblat sejati, sehingga engkau dapat meraih hikmah dan rahasia-rahasiayang terkandung di penetapan kewajiban shalat oleh syariat. Karena jika engkau ingin mendekatinya atau menghadap ke pintu kiblat sejati itu, engkau harus terlebih dulu berwudhu dan menyucikan diri dari segala kotoran baik yang lahir maupun yang batin.



Kemudian engkau harus membersihkan dirimu dari segala bentuk syahwat, sehingga engkau akan dapat memulai takbiratul ihram tanpa waswas setan yang membaca hawa nafsu yang menyesatkan. 



Ketika Anda merapalkan takbiratul ihram, ingatlah bahwa engkau telah mengharamkan terhadap dirimu segala kehidupan dunia yang engkau miliki:
Bacaan "Allahu akbar" harus engkau perhatikan maknanya. Yaitu bahwa Dia adalah Dzat Mahaagung Mahabesar di dalam Dzat-Nya yang tidak dinisbahkan kepada yang selain Dia, karena mereka tidak ada yang selain Dia. Lakukan ini sebagai karaktermu, bukan untuk mencari keutamaan. Jadikanlah ia sebagai pusat dari konsentrasimu dan inti dari semua tujuan yang engkau inginkan.


Ketika engkau merapalkan "bismillâh" demi mencari anugerah dan berkah, maka gerakkanlah hasrat dan mahabah engkau hanya kepada Allah.


Ketika engkau merapalkan "ar-rahmân", engkau sedang menghirupnya dari nafas kasih sayang Allah yang akan membantu engkau untuk naik ke sisi-Nya.

Ketika engkau mengucapkan "ar-rahîm", Anda merasa nyaman dengan embusan kelembutan dan semilir rahmat-Nya. Engkau datang dengan maqam memohon kelembutan Allah SWT sembari menghitung nikmat yang sudah Dia berikan kepada Anda.

Ketika engkau bersyukur atas nikmat Allah dengan merapalkan "al-hamdulillâh", engkau telah bertawasul kepada-Nya dengan bersyukur atas nikmat-Nya.

Ketika engkau merapalkan "rabb al-'âlamîn", engkau mengakui sepenuhnya atas kemencakupan, kemeliputan, dan pelantanan-Nya terhadap seluruh semesta.

Ketika engkau merapalkan "ar-rahmân", engkau memohon keluasan rahmat Allah dan keumuman kasih sayang-Nya. Ketika engkau merapalkan "ar-rahîm", engkau selamat dari azab yang pedih berupa sikap berpaling kepada yang selain Allah yang Mahabenar. Engkau telah sampai kepada-Nya setelah sebelumnya terpidah dari-Nya. Bahkan engkau telah berhubunganya dengan-Nya.

Ketika engkau merapalkan "mâliki yaum ad-dîn", engkau telah memutuskan hubungan dengan asbâb (kausalitas) secara mutlak dan engkau teguhkan maqam kasyf (penyingkapan) dan syuhûd (kesaksian). Ketika tampak kepada engkau sesuatu yang tampak bagi engkau, maka di maqam itu engkau boleh berkata dengan segenap jiwa-raga: "Iyyâka na'buku", hanya kepada-Mu kami menyembah; "wa iyyâka nasta'în", hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.

Ketika engkau merapalkan "ihdina-sh-shirâth al-mustaqîm", engkau telah meneguhkan maqam ubudiyyah (penghambaan).

Ketika Anda merapalkan "shirath al-ladzîna an'amta 'alaihim", engkau telah meneguhkan maqam al-jam' (penyatuan).

Ketika engkau merapalkan "ghair al-maghdhûb 'alaihim", engkau telah menyatakan takut dari kekuatan kekuasaan sifat-sifat Allah yang agung.

Ketika Anda merapalkan "walâ adh-dhâllîn", Anda menyatakan takut mundur lagi setelah sampai di tujuan.

Ketika engkau merapalkan "âmîn", engkau telah aman dari setan yang terkutuk. Hendaklah engkau shalat dengan cara seperti yang disebutkan di atas, agar shalat engkau dapat menjadi mi'raj ke puncak Dzat Tunggal dan tangga menuju Langit Keabadian; serta dapat menjadi kunci bagi khazanah azali yang abadi. Semua itu tentu tidaklah mudah kecuali setelah engkau mampu mematikan keinginan engkau dari berbagai bentuk tuntutan sifat-sifat kemanusiaan dan berakhlak dengan akhlak yang diridhai serta sifat terpuji.


Kecenderungan hati seperti ini tidak akan pernah engkau raih kecuali setelah engkau melakukan uzlah melarikan diri dari orang-orang yang tenggelam dalam kealpaan serta memutuskan diri dari mereka dan dari gangguan berikut adat-kebiasaan mereka yang buruk. Kalau itu tidak dapat engkau lakukan, maka tabiat manusia selalu ingin mencuri, penyakit selalu menyerang, dan nafsu selalu mendorong ke arah keburukan serta jauh dari sang Maula. Semoga Allah melindungi kita dari kejahatan nafsu serta menyelamatkan kita dari tipu-dayanya melalui anugerah-Nya.”


--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Tafsir Al-Jailani, terj. Tim Markaz Al-Jailani.

Sunday, April 12, 2015

Repost dari ROMO GOES DI
Bismillahirrahmanirrahiiim...



MARTABAT NAFSU


Bila kita berbicara tentang nafsu maka yang muncul dipikiran kita adalah tingkah laku manusia yang tidak baik, nafsu adalah perbuatan syaitan, nafsu adalah hal-hal yang berhubungan dengan perbuatan negatif.


Pengertian nafsu disini kita bagi menjadi 2 bagian :


Pertama : Nafsu dalam artian Negatif yaitu yang timbul karena kekotoran hati manusia.


Kedua : Nafsu yang diartikan sebagai peringkat atau level atau martabat hati manusia.


Dalam usaha kita untuk mendekatkan diri dengan Allah maka kita perlu untuk mensucikan tiap-tiap martabat dari nafsu, kita harus bisa menembus hijab-hijab yang ada pada tingkatan nafsu-nafsu ini agar manusia bisa mengenal dirinya dan mengenal tuhannya.Adapun nafsu itu letaknya dicabang hati manusia, nafsu disini bertindak sebagai dinding (hijab) hubungan antara diri rahasia manusia dengan tuan empunya diri (Tuhannya).Oleh karena itu tugas manusia yang hendak menuju kepada makrifat hendaklah bisa memecahkan dinding-dinding hijab ini sehingga bisa sampai ke martabat yang paling tinggi yaitu kemulian disisi Allah s.w.t.

Dan tentunya kalau bisa kita membuka hijab-hijab ini maka bebaslah diri batin manusia itu untuk bertemu dengan diri empunya diri pada setiap waktu dan setiap saat.
Tanpa memecahkan dinding-dinding nafsu ini manusia tidak mungkin dapat kembali kepada Tuhannya semasa hidup didunia atau mematikan dirinya sebelum mati.
Kita harus bisa sampai kemartabat “ mematikan diri sebelum mati “ kalau mau kembali kepada Tuhannya saat masih bernafas.


Adapun martabat nafsu pada diri manusia terdiri dari tujuh nafsu sebagaimana yang termaktub dalam Alquran :
1. Nafsu Amarah
2. Nafsu Lawamah
3. Nafsu Mulhamah
4. Nafsu Mutmainnah
5. Nafsu Radiah
6. Nafsu Mardiah
7. Nafsu Kamaliah


Sebagaimana firman Allah dalam Alquran surah Al-Mukminun ayat 17Artinya : sesungguhnya kami telah menciptakan keatas dirimu tujuh jalan (nafsu)



1. NAFSU AMARAH

Adapun nafsu amarah adalah satu kelakuan dari hati yang menimbulkan suatu perangai yang mengandung sifat-sifat Mazmumah yang berlebihan.
Manusia-manusia yang memiliki nafsu amarah biasanya memiliki sifat-sifat yang tidak disukai oleh Allah seperti : Dengki, khianat, iri hati, pemarah dan lain-lain, biasanya mereka yang dikuasai nafsu amarah bertindak mengikuti fikiran tanpa menggunakan akal, mereka merasa diri merekalah yang berkuasa atas ini dan itunya.


Firman Allah surat Yusup ayat 53Artinya : sesungguhnya nafsu amarah itu senantiasa menyuruh berbuat jahat.
Firman Allah surah Al-Jaashiah ayat 23Dan sesungguhnya orang-orang yang diliputi nafsu amarah biasanya tak tahan diuji dan jika diuji dengan satu ujian atau cobaan mereka terus emosional bertindak mengikuti fikiran dibawah hasutan syaitan.Pada peringkat ini manusia-manusianya dikuasai oleh syaitan, jiwanya sering tegang, fikiran sering kusut, jarang sekali untuk mengingat Allah.



Mereka diperingkat nafsu ini akan mengingat Tuhan ketika susah dan melupaiNYA di saat senang.

Firman Allah surah Fusyilat ayat 51Apa yang mereka lakukan semuanya semata-mata dorongan dari fikiran mereka dan tidak pernah timbul di hati mereka perasaan bersalah atas kesalahan yang mereka lakukan.


Sesungguhnya nafsu amarah ini adalah nafsu binatang bahkan lebih hina dari binatang karena mereka yang dikuasai amarah mempunyai hati tapi tidak “ memerhati “, mempunyai mata tapi tidak melihat dan mempunyai pendengaran tapi tidak mendengar, mereka-mereka ini bolehlah kita sebut binatang yang berupa manusia.


Surat Al-Aaraaf ayat 179Sifat-sifat lain yang biasanya ada pada mereka yang dikuasai nafsu amarah seperti : tidak bersyukur atas sesuatu yang diperolehnya, suka mencela kelemahan orang lain walaupun teman karibnya sendiri, membayangkan dialah orang yang paling baik dan sempurna.Justru karena itu adalah menjadi kewajiban dari manusia tersebut haruslah menyucikan sifat-sifat nafsu amarah tadi supaya timbul sifat-sifat murni dan hilangnya sifat-sifat mazmumah.

Surah Asy-Syams ayat 710
Zikir orang yang masih di tingkatan nafsu amarah hanya dilidah saja tidak menyerap ke dalam hati, zikirnya hampa tidak bertenaga. Jiwa mereka pada tingkatan ini kosong, hubungan dirinya dengan empunya diri terputus, bahkan diri rahasianya di hijab dari Allah swt.Orang seperti ini diri batinnya kurus, sakit tersiksa sedangkan badan zahirnya gemuk dan sehat, penyakit nafsu amarah jika dibiarkan menular pada jiwanya menyebabkan tertimbunya selaput tebal untuk dirinya mengingat tuhannya dan hidupnya terus hanyut tidak berpedoman bagai awan tertiup di langit.Sesungguhnya bagi mereka yang dikuasai oleh nafsu amarah termasuk dalam golongan manusia yang rugi disisi Allah swt.




2. NAFSU LAWAMAH

Pada tingkat nafsu Lawamah manusia telah dapat menguasai satu perasaan semacam larangan bagi dia untuk melakukan sesuatu kesalahan, kezaliman atau apa saja yang dilarang oleh syariat.Perasaan ini timbul pada sudut-sudut hatinya ketika mereka hendak melakukan sesuatu kesalahan, bisikan didalam hatinya ini yang disebut LAWAMAH.

Lawamah ini di ibaratkan seperti lampu isyarat di dalam mobil dimana lampu ini akan menyalah berwarna merah bila mobil tersebut hampir kehabisan bensin yang mengisyarat kita supaya mengisi bensin lagi sebelum nantinya mogok di jalan.

Bagi mereka yang mempunyai Lawamah dan mematuhinya dengan rasa tanggung jawab maka akan terselamatkan dari bahaya yang akan datang sebaliknya jika seseorang yang telah meningkat ke martabat nafsu lawamah tetapi tidak mematuhi isyarat larangan maka lama kelamaan akan padam dan kembalilah mereka ke nafsu amarah lagi.

Zikir mereka pada tahap ini masih melekat dibibir tapi kadang-kadang menyerap masuk ke dalam hatinya dan keadaan ini tidak tetap maka seharusnya orang ini meneruskan zikirnya dengan penuh ketabahan.Mereka pada martabat ini masih ada sifat-sifat tercelah (mazmumah ) tetapi sudah berkurang, jika mereka tetap patuh terhadap isyarat yang timbul di susut-sudut hatinya maka lama kelamaan sifat-sifat mazmumah ini akan hilang. Lama kelamaan mereka akan merasa segan untuk melakukan sifat-sifat mazmumah dalam hati mereka akan timbul penyesalan atas sikap-sikap mereka yang terdahulu.

Firman Allah Surah Al-Qiyamah ayat 2Maka dengan ketekunan mematuhi isyarat serta kuat pula berzikir maka tingkatan nafsu mereka akan meningkat ke martabat nafsu yang lebih tinggi yaitu NAFSU MULHAMAH.

Pada peringkat nafsu Lawamah orang ini dapat menerima Ilmu Gaib melalui LADUNI pada peringkat Nur atau mimpi dalam tidurnya dan kadang-kadang dapat pula menerima ilmu melalui Laduni di peringkat Tajali.Oleh karena itu seseorang di peringkat ini haruslah berusaha dengan tekun dan sabar mengikuti petuah-petuah gurunya agar peningkatan martabat nafsunya akan tercapai.


3. NAFSU MULHAMAH

Setelah seseorang berhasil mengikuti petuah-petuah gurunya dan menerima isyarat nafsu lawamah dengan patuh maka dia akan mencapai tahap nafsu yang lebih tinggi dan mulia martabatnya daripada nafsu Amarah dan nafsu Lawamah, adapun yang di maksud dengan nafsu tersebut adalan Nafsu MULHAMAH,Pada peringkat ini mereka dapat menyingkirkan sebagian besar sifat-sifat yang tercelah, jiwa mereka mulai berkembang sifat-sifat baik, lapang dada, mereka dapat pengajaran ilmu gaib melalui jalan LADUNI diperingkat Nur dan Tajali daripada tuhannya.

Jiwa mereka kadang-kadang tenang dan adakalanya pikirannya gelisah, singkatnya sifat-sifat Mazmumah masih melanda jiwa mereka, zikir mereka di peringkat ini mulai melekat di hati tetapi tidak 100% telah tetap di hati mereka.
Larangan berupa isyarat tetap berkembang dan lebih membesar dan pada peringkat ini mereka dapat merasakan perasaan “ zuk “, seseorang di peringkat ini akan menerima satu lagi cara penyampaian ilmu gaib melalui Laduni di pe ringkat SIR, di mana dia dapat mendengar suatu suara gaib yang mengajar dirinya tentang ilmu gaib melalui telinga batin.Biasanya suara gaib itu adalah suara guru gaib yang terdiri dari pada wali-wali Allah yang agung yang mengajar seseorang itu dengan terang dan jelas.


4. NAFSU MUTMAINNAH

Setelah mencapai suatu martabat Nafsu Mulhamah dan selalu mengikuti petuah-petuah gurunya serta dapat pula menerima “ zuk dan Sir “ di samping hilang pula segala sifat Mazmumah pada dirinya maka seseorang itu akan mendapatkan ketenangan, kelapangan jiwanya hilang perasaan resah dan gelisah di hatinya.Hatinya saat ini mulai melekat rasa lamunan kasih terhadap Allah swt,

Firman Allah Surah Yunus ayat 62-64Firman Allah Surah Al Fajr ayat 27-30Zikir mereka di tingkatan ini sudah melekat di hati dan ingatannya terus bersama Allah pada setiap saat, pada peringkat ini seseorang manusia dapat di sifatkan mencapai martabat wali, ( di namakan oleh para tasauf wali kecil ), di samping itu mulai dapat menerima ilmu gaib (Laduni) secara SIR USIR,

Pada peringkat nafsu Mutmainnah mereka dapat mendengar dan melihat dngan pendengaran dan penglihatan mata batin, mereka dapat melihat dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana suka dukanya seseorang yang sudah meninggal dunia dan beada di alam Barzah serta di beri peluang juga menjelajahi ke alam lain ( alam gaib ).
Pada peringkat ini timbulah sifat-sifat super yang tidak di miliki oleh orang-orang awam seperti : Keramat, Mendapat Ilham dan sebagainya, bagi mereka di peringkat ini sering di lamun persaan dan fana akibat kuatnya gelora lamunan cinta terhadap Allah swt.


5. NAFSU RAADIAH

Setelah mencapai martabat Nafsu Mutmainnah dan gigih melatih dirinya untuk Makrifat kepada Allah swt maka seseorang itu akan di tingkatkan lagi ke martabat nafsu RADIAH.Zikir mereka pada saat ini tetap berada di hatinya dan ucapan zikirnya pula di hatinya semata-mata, mereka tidak pernah lupa atau lalai kepada Allah swt.Pada martabat ini jiwa mereka suci, hati mereka bersih hening dan setiap apa yang di lakukan olehnya seirama antara hati, mulut, perbuatan, semuanya mulai mendapat keredaan Allah swt.Adapun fana mereka dinamakan fana Qalbi yaitu hati nuraninya terus dilambung perasaan cinta kepada Allah swt pada setiap saat di manapun berada.

Mereka pada peringkat ini sering di jemput oleh wali-wali Allah yang agung untuk menjelajahi kea lam-alam gaib yang jauh keluar dari pemikiran manusia, di samping mereka terus di ajar tentang ilmu gaib yang lebih tinggi dan teknologi ilmu Allah yang tinggi yang sudah tentu tidak bisa di tandingi dengan teknologi manusia.Disamping itu mereka bisa terus berkomunikasi dengan para rasul, nabi-nabi, aulia dan para wali-wali Allah, mereka dapat membicarakan hal-hal yang behubungan dengan ilmu gaib dan tentang petuah-petuah makrifat dengan Allah swt.

Kontak mereka ditingkatan ini adalah dengan Nur, Sir dan Sirusir pada saat kontak dengan para rasul-rasul, nabi-nabi, aulia dan para wali-wali Allah mereka dapat menikmati satu kelezatan yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata hanya bisa dirasakan sendiri oleh mereka yang sudah sampai tingkatan ini.


6. NAFSU MARDIAH

Bagi mereka yang sudah sampai martabat Nafsu Mardiah jiwa mereka sering Fana Bakabilla yaitu hatinya, kalbunya dan jasadnya sering sekali dilamun perasaan cinta yang amat sangat terhadap Allah swt.Jiwanya tenang, lapang tidak gelisah, bahkan seluruh jiwa raganya tertumpu kepada Allah swt semata-mata, zikir mereka di level ini tetap bersemedi di dalam kalbu dan tidak pernah lalai dan lupa kepada Allah swt walaupun cuma sesaat.

Mereka sering menerima tamu-tamu agung yang terdiri daripada rasul, nabi-nabi, para arifin billah, para sidikin dan para wali-wali Allah disamping mereka juga dapat menerima ilmu gaib secara LADUNI di peringkat TAWASUL .Mereka sering menjelajah seluruh alam maya dan alam gaib yang lain termasukSurga, Neraka, Arash dan kursi Allah swt.
Firman Allah surah Al Talak ayat 2Dalam hal pemecahan wajah dirinya, mereka di tingkat ini sudah mendapat wajah di antara tujuh wajah ke delapan wajah bergantung kepada badan masing-masing.


7. NAFSU KAMALIAH

Adapun yang di maksud dengan Kamaliah adalah keadaan telah berkamil ( sempurna ), pada martabat ini apa saja kelakuan di antara diri batin dan jasad adalah sama dan tidak bercerai berai diantara satu dengan lainnya.Di mana apapun yang mereka kerjakan di reringkat ini tetap di setujui dan di ridhai oleh Allah swt, maka secara sepontan keadaan ini di namakan …….

Mereka ini kalau di katakana sakti teramat sakti, kalau keramat amat keramat, kalau alim teramat alim mereka mempunyai segala kelebihan yang tidak di miliki orang awam.Siapa saja yang sampai ke tingkat ini mereka berpeluang menerima ilmu Syahadah yaitu Ilmu Allah yang paling tertinggi yang dapat di peroleh manusia alam maya ini, ilmu syahadah ini akan di ajarkan oleh Allah sendiri melalui guru yang di namakan guru batin.

Bagi mereka yang telah mencapai martabat nafsu Kamaliah mereka hendaklah berusaha pula mengembalikan dirinya kemartabat nafsu orang mukmin yaitu nafsu mutmainnah, mereka tidak harus tinggal lama di martabat nafsu Kamaliah, mereka harus menjadikan diri mereka ke orang awam, bergaul, berniaga, berpolitik dan menjadi khalifah di alam maya tapi jiwa raganya tetap bersama Allah.

Fana baka Billah buat selamanya sehingga derajat dirinya susah di tafsir banyak orang, mereka disebut sebagai orang alim tidak alim, sifat manusia yang sempurna dan sederhana dimiliki oleh mereka di martabat ini dan mereka mulia di dunia dan akhirat.

Akhirul kalam saya sampaikan kepada siapa saja yang membaca tulisan saya ini, tuntutlah ilmu tasauf sehingga tercapai martabat yang di gambarkan dalam uraian ini sehingga kita semua selamat di dunia dan akhirat.

salam.............................


Semoga bermanfaat
Salam Kasih, semoga semua makhluk selamat dan berbahagia